5#Adik untuk Julian

16.7K 1.4K 402
                                        

Ada sedikit perubahan pada judul. Tapi tidak merubah isi dalam cerita.

'Loh kenapa diganti ka?'

Ya gapapa sih iseng aja.

Hehe

Pembaca yang baik adalah mereka yang tau caranya menghargai karya orang lain.

Happy reading<3

Happy reading<3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Marsha?"

Tidak ada sahutan yang terdengar. Yang ada hanyalah bunyi hembusan napas Marsha yang ditariknya begitu cepat. Sementara sepasang tangannya mencengkram kuat sprai. Ia masih duduk di atas ranjang. Dengan kedua mata membola menatap pria yang beberapa detik lalu memasuki kamarnya.

"Hei, Mar-"

"Ngapain Om kesini?" tanya Marsha penuh antisipasi.

Berbanding terbalik dengan Marsha, pria muda bernama Galen itu hanya terkekeh pelan menikmati wajah ketakutan milik Marsha. Ia kemudian membungkukkan badan. Lalu mengusap lembut surai hitam pekat milik gadis kecil di depannya.

"Emangnya nggak boleh kalau masuk kamar anak sendiri?"

Jelas Marsha naik pitam. Pria itu pasti tahu apa yang selama ini dirasakan Marsha sehingga dia berani memancingnya emosi. "Aku udah bilang berapa kali sama Om kalau mau masuk itu ketuk pintu dulu."

Namun sialnya, pria itu hanya mengendikkan bahu. "Udah ketuk pintu. Kamunya aja kali yang nggak denger."

Mengabaikan alasan yang selalu dijadikan tameng untuk Galen dapat memasuki kamarnya, Marsha segera merampas almamater biru yang tergeletak di atas ranjang lalu berjalan menghindar dengan sangat terburu-buru.

Namun rupanya Galen tidak membiarkannya pergi semudah itu. Apalagi sedang sepi begini. "Mau kemana, Sha? Nggak mau main-main dulu? Mumpung Mama lagi pergi."

Lagi, Marsha bergeming di tempatnya berdiri. Ia menarik napas panjang begitu mendapati tangan milik Galen mencengkram pergelangan tangannya erat. Lantas tanpa menoleh, Marsha meluruskan pandangan sambil berkata, "Jangan macam-macam, Om."

Barulah setelah itu Marsha berani menatapnya sangsi. "Mama kerja nyari uang buat makan. Seharusnya justru Om yang kerja sebagai suami. Bukannya leha-leha di rumah dan terus ganggu aku kayak gini."

Sontak penuturan dari Marsha barusan membuat emosi dalam diri Galen mencuat. Tanpa melepaskan cengkraman, Galen menyentak kasar Marsha untuk mendekat. "Ngomong apa kamu barusan? Jaga tuh mulut. Kamu juga cuma bisa jadi beban kan?"

"Kenapa?" Marsha mendengus meremehkan. "Om ngerasa ya, makanya marah?"

"Kurang ajar!"

Dalam satu kali kedipan mata, tanpa pertimbangan Galen sudah mendorong tubuh Marsha jatuh di atas ranjang. Spontan Marsha berteriak kencang.

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang