16#Teman Masa Kecil

6.7K 723 562
                                    

Gais! Sy yg mikir ide cerita, kalian yang bantu vote & komen adil ya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gais! Sy yg mikir ide cerita, kalian yang bantu vote & komen adil ya?

Happy reading<3

Marsha berjalan mengendap-endap masuk ke dalam rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Marsha berjalan mengendap-endap masuk ke dalam rumah. Hal pertama yang menyambutnya adalah sang Ayah yang nampak ketiduran di sofa ruang tamu. Bersama sebotol minuman yang masih berada di genggamannya erat. Sesuatu yang Marsha yakini adalah miras.

Dengan langkah yang dibuat sepelan mungkin, Marsha akhirnya berhasil masuk ke dalam kamar. Gadis itu menanggalkan tas dan jas almamater yang dipakainya seharian ini. Lalu membuka lemari.

Sekardus beng-beng pemberian Julian masih berada di pelukannya ketika Marsha menemukan sesuatu dari dalam sana. Secarik kertas glossy tampak bergelantung kala Marsha hendak mengambil baju di bagian paling bawah.

Ia lantas menaruh dulu beng-beng itu di atas kasur. Menepuk-nepuknya sesaat  seolah pemberian Julian itu barang berharga dan tak boleh hancur.

"Shut.. kamu diam di sini dulu. Jangan liat," ujarnya dengan senyuman.

Marsha berbalik dan mengambil kembali foto itu. Kali ini matanya menangkap huruf-huruf yang berada di belakangnya.

'A L'

Dua huruf yang sudah lama sekali rasanya tidak Marsha baca. Namun tak urung membuat senyumnya terbit begitu membalikkan foto dirinya dan seorang anak lelaki semasa kecil.

Fotonya sudah usang. Warnanya bahkan memudar. Marsha beranjak untuk mengusap dan memandangnya lamat-lamat sambil bersender pada kepala ranjang.

Di sana, Marsha kecil berdiri di samping anak itu sambil tersenyum lebar memamerkan deretan giginya yang rapi. Sementara anak lelaki itu memegang balon dan turut tersenyum hingga menampilkan giginya yang ompong.

Tinggi anak lelaki itu bahkan hanya sebatas telinga Marsha membuatnya tertawa kecil mengingat kenangan lama mereka. Naas, mereka terpaksa harus berspisah sewaktu TK lantaran orang tua anak lelaki itu membawanya pindah ke Amerika.

Sekarang, satu foto itu hanya menjadi satu keping kenangan.

"Al, apa kabar?"

****

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang