Bagian hatiku yang paling terluka

8.9K 1.1K 67
                                    


Tidak siapapun tahu bagaimana hidup ini membawamu pada setiap patah dan tumbuh yang tak habis-habis.

Tidak siapapun tahu bagaimana hidup ini membawamu pada setiap patah dan tumbuh yang tak habis-habis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Now Playing ; Sweet Night by Taehyung of BTS

Pukul 7 malam acara kirim do'a dimulai. Kata sambutan dimulai dari orang-orang tetua yang memimpin acara, juga sedikit sambutan ringan dari Bapak Batara Soedjiwo yang kala itu juga hadir meski dengar-dengar dia rela menunda keberangkatan ke Jepang demi acara ini.

Ya tapi tidak siapapun dari mereka merasa ini sesuatu yang luar biasa mengingat memang seharusnya ia ada disini. Setidaknya, mengirimi mendiang anaknya do'a ketimbang terus menerus mengejar harta duniawi yang tidak ada hanis-habisnya.

Di bagian dalam adalah tempat dimana Mahesa dan kelima temannya duduk berdampingan, beberapa teman kerja juga hadir bahkan Pak Hadi juga ternyata datang. Acara kirim do'a yang dikira hanya sekitar beberapa orang sesuai undangan, ternyata membludak hingga melewati pagar rumah dan antrian kendaraan yang butuh lahan parkir. Sampai disana, Mahesa merasa senang. Bahwa sampai kini Haikala tetap dikenang dan diingat, meski raganya tak lagi ada diantara mereka semua.

Kedua nayanika Mahesa tak henti-hentinya menatap kearah dapur dimana beberapa perempuan sibuk mengurus makanan untuk dihidangkan. Berbeda jauh dengan bagaimana Mahesa dahulu memperhatikan Kara dengan cinta yang menggebu-gebu, kini ia lebih merasa sangat iba.

Entah kenapa, melihat perempuan itu tidak membuatnya merasa lebih baik mengingat betapa hancurnya ia selama ini. Tanpa siapapun bisa mengobati kehancuran itu selain Haikala seorang. Bahkan, Mahesa juga tidak bisa, sepenting apapun ia dahulu untuk Kara, kini ia hanyalah laki-laki yang tidak lebih dari sekadar teman suaminya.

"Bang, dipanggil tuh sama mba Irene." Cakra menyenggol, lalu dengan sekali gerakan ia langsung bangkit dan pergi kebelakang.

Ada 4 perempuan disana. Ibu Haikala, Mba Irene, Kara dan Helen yang pada akhirnya ada disini setelah Mahesa pada akhirnya memutuskan untuk menjemputnya.

Ah, pokoknya jangan berharap lebih dengan perempuan dan Google maps karena itu sangat tidak bisa dipercaya. Mereka benar-benar buta arah.

"Ada apa, Mba?" Mahesa bertanya saat ia sampai di hadapan Irene yang sibuk menyusun kue basah di piring.

"Kamu bisa bantu angkatin meja di gudang nggak, Sa? Bawa kesini untuk tempat kue-kue yang udah disusun, kalo dilantai ntar dimainin Melia sama Miko. Ajakin salah satu temenmu juga bisa kalau misalnya mejanya terlalu berat."

"Oke, Mba."

Mahesa mengedarkan pandangan. Sampai ia menemukan deretan dimana teman-temannya duduk dengan buku Yasin ditangan mereka, sibuk membaca setiap ayat-ayat suci di lembaran itu dengan khidmat. Bahkan, Mahesa bisa melihat Jinan sibuk menyerot ingusnya sendiri. Mahesa tahu, Jinan adalah yang sampai hari ini masih tidak ingin percaya, dan akan selalu menangis bila teringat Haikala. Maka tanpa ingin menganggu, Mahesa berjalan seorang diri kebelakang.

2. Antariksa Berkelana [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang