"Wanita tidak akan melupakan pria secepat pria melupakan wanita."Now Playing : Kill Bill by SZA
Laki-laki selalu punya logika yang masuk akal, sedangkan perempuan selalu mendahulukan perasaan. Perasaan dirinya sendiri, perasaan orang lain, perasaan semua orang.
Mengapa hidup harus bergantung pada persoalan gender? Apakah semua laki-laki tidak punya perasaan sepeka perempuan dan apakah perempuan tidak miliki logika?
Kenyataannya, perempuan memiliki kodrat perasa yang begitu kuat. Hatinya mudah disentuh dan dibuat luluh, sekuat apapun sebuah karakter menjadi benteng-- perempuan tetaplah perempuan yang peka pada segala hal dalam kehidupannya. Ia tidak akan mudah melupakan sebuah kebaikan juga kesalahan yang ia temui dan lakukan, sekuat ia menutupi telinga dan kedua matanya, kepalanya selalu dipenuhi monolog yang membisingkan.
Laki-laki, ah-- sulit dimengerti. Kerap menabur janji meski tak ditepati. Bilang sayang tapi menghilang, ingin bertahan tapi menyerah paling duluan. Laki-laki adalah spesies paling membingungkan bahkan jika harus dibandingkan dengan perempuan yang ditanyai ingin makan apa. Tapi dibalik itu semua, kamu harus tahu. Mungkin ada sesuatu yang membuatnya melakukan itu, ia miliki alasan yang terkadang tidak bisa perempuan pertimbangkan.
Seorang laki-laki akan menjadi seseorang yang melangkah lebih cepat untuk keluar dari jerat sesal dan luka yang ia temui. Mengapa begitu?
"Kamu udah nyerah kan? Sama perasaanmu dengan Kara?" Malam itu, Helen bertanya untuk pertama kalinya kepada sang kekasih perihal yang satu ini. "Aku tau kamu nggak akan pernah nyembunyiin apapun dariku termasuk tentang hubungan masa lalu kamu dengan Kara. Aku yang bilang nggak perlu, aku yang minta untuk nggak mengungkitnya."
Disebelah, Mahesa membenarkan posisi duduknya. Ia sandarkan kepalanya pada body sofa berwarna navy. Setengah tubuhnya terbalut selimut yang sama dengan yang menghangatkan Helena disebelah. Suara lirih keluar dari speakers tv yang kini sedang menyiarkan serial terbaru, mereka sedang nonton tadinya, tapi setelah pertanyaan itu menguar dari bibir Helen, Mahesa tak lagi tertarik pada film yang ia tonton.
"Harus banget kamu nanya ini."
"Aku cuma mau tau langsung dari kamu."
Mahesa tatap nayanika Helen yang berbinar. Ada bintang disana. "Nggak, udah nggak ada lagi."
Tapi apakah kalian semua tau. Kalau ternyata seorang laki-laki juga punya rahasia. Sesuatu yang ia simpan di balik punggungnya yang kokoh itu, tertutup oleh kata selesai yang ia kumandangkan keseluruh penjuru dunia. Bahwa kamu perlu tahu untuk ukuran seorang laki-laki yang miliki logika lebih kuat dari perempuan, ia juga punya hati.
"Aku cuma mau lihat dia bahagia, karena dia adalah bagian dari hidupku juga." Kata Mahesa yakin, seyakin ia mengatakan bahwa ia sudah selesai dengan masa lalunya tentang Kara.
"Kalau kamu mau tau apakah aku sayang sama dia atau enggak. Jawabannya ya aku sayang banget sama dia. Sayang dalam devinisi yang berbeda, rasa sayang yang semata-mata aku nggak ingin melihat dia sedih dan sakit, aku mau dia bahagia disaat aku bahagia juga."
Yang membuat Helen hanya mengangguk samar, ia tatap kekasihnya itu begitu dalam, ia tenggelamkan dirinya disana.
"Aku bakal lebih senang kalau dia bisa bahagia meski nggak sama Haikala."
Tapi apa bisa? Sedangkan semestanya adalah laki-laki itu.
"Kamu ikhlas kalau misalnya Narda nempatin posisi Haikala dulu buat jaga Kara?"
Diam, Mahesa berpikir keras. Seolah ia sedang menyisihkan keegoisan dalam dirinya. Akhirnya, ia bersuara lirih. "Aku nggak masalah kalau Kara setuju."
Lama mereka terdiam dalam hening dan pikiran masing-masing. Mahesa putuskan bersandar pada bahu Helena, lalu menekan tombol remote ditangannya dan menyibukkan diri dengan tv dihadapan. Sedangkan Helen berakhir tak melakukan apapun selain diam memandangi layar tv.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Antariksa Berkelana [Completed]
Fanfic[SUDAH TERBIT] BAGIAN KEDUA 'Semesta dan rumahnya' Setelah kepergiannya, semua orang melangkah dengan kaki mereka yang patah. Terseok-seok melewati waktu yang panjang, berhenti untuk menangis, berjalan kembali dengan luka yang masih sama. Maka disin...