"Tuhan, bisakah Kau jelaskan dari luasnya samudra mengapa harus aku?"
Now Playing ; Bukan Diriku by Samsons
Jonathan terpekur memandangi Miko dengan sisa-sisa es krim di mulutnya yang belepotan. Ia tak punya gairah untuk menjahili bocah itu lagi, maka ia berakhir disini- di sofa panjang berwarna abu-abu dengan pandangan paling malas yang pernah ada.
Kini Miko mulai menikmati potongan es krim kedua miliknya tanpa peduli pada bagaimana resahnya Jonathan dalam kebisuan atau bahkan perintah-perintah sang ibu untuk tidak menghabiskan dua es krim sekaligus dalam satu waktu.
Dengan tatapan kosong, Jonathan menatap bocah itu lama- seolah-olah ia tengah mencari sesuatu dari diri anak kecil itu, sesuatu yang entah apa.
"Anak Mama dibilangin nggak bisa yah!" tidak berselang lama Kara muncul dengan baju tidur berwarna navy. Ia berjongkok dihadapan Miko dengan tatapan serius. "Mama tadi izinin Miko makan satu aja loh, kok buka lagi?"
Sikecil tidak menjawab. Atau lebih ke- merasa bersalah. Dia tau dan ingat, tapi sepertinya es krim rasa melon miliknya terlalu menggoda sampai ia tak memperdulikan apapun termasuk perintah ibunya.
"Kak Jo juga nih! Diem aja sih?" Kini gantian, Jonathan yang dimarahi.
"Tadi udah kubilangin, Ra."
"Kak Jo diem aja kok." Miko tidak terima. Sudah jelas Jonathan tidak bereaksi apa-apa, pake alasan segala!
"Haduh, gimana sih Kak Jo-" Kara geleng-geleng, tangannya sibuk melucuti baju Miko dan menggantikan baju tidur berwarna senada. "Tadi Kak Mahesa chat aku, katanya pada mau nginep di apart dia malam ini. Kamu jam berapa mau otw kesana? Bawa sayur asem gih, tadi kata Kak Mahe dia mau nyobain dan kebetulan belum makan."
"Kayanya aku nggak join." Kata Jonathan sambil meregangkan tubuhnya. Ia menatap Kara yang alisnya bertaut dengan malas, lagipula, hari ini dia memang sedang ingin malas-malasan. "Jam 10 aku pulang, kok. Nggak usah takut, aku nggak nginep sini."
"B-bukan gitu maksudku, Jo. Aku nggak ngusir kamu kok."
"Iya, aku tau. Tapi kamu takut kan? Kalau yang dateng kesini cuma aku sendirian?"
Sejenak, Kara terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Sebenarnya dia tidak takut, sungguh. Hanya ada sedikit rasa khawatir yang kadang kala mampir ditengah-tengah hatinya. Entah apa itu, Kara tidak tahu. Karena sepeninggal Dia dari hidupnya, Kara tidak butuh siapapun lagi meski kedua orang tuanya berulang-ulang kali menawarkan pengganti. Padahal Dia baru pergi selama lebih dari 100 hari dan Mama sudah menawarkan 3 orang untuk mengusaikan masa menjandanya. Ia bukan tidak percaya pada Jonathan dan 5 sahabat karib suaminya yang lain. Hanya saja, Kara juga tahu- kehormatannya adalah milik Haikala dan mereka semua juga tetap manusia.
Kamu tahu manusia itu seperti apa?
Kodratnya adalah lupa dan buta. Sebelum suaminya berpulang, Kara ingat pesan-pesan apa yang Dia tinggalkan untuknya. Bukan untuk sekadar menjaga Kara dan hatinya dari Mahesa dan masa lalu, tapi dari semua orang termasuk sahabat-sahabatnya juga. Bagaimana hari itu Haikala mengatakan bahwa-
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Antariksa Berkelana [Completed]
Fanfiction[SUDAH TERBIT] BAGIAN KEDUA 'Semesta dan rumahnya' Setelah kepergiannya, semua orang melangkah dengan kaki mereka yang patah. Terseok-seok melewati waktu yang panjang, berhenti untuk menangis, berjalan kembali dengan luka yang masih sama. Maka disin...