Now Playing : Lucky by Jason MrazDetik jarum jam diruangan dengan kombinasi warna pucat yang biasa-biasa saja terdengar nyaring. Didalam ruangan itu, hanya ada keheningan meski dua pasang mata berakhir pada tatapan yang begitu intens. Dalam radius satu meter, Helen tampak membenarkan kerah kemejanya yang turun, sedang Mahesa tak bergerak, hanya menatap Helen saja dari tempat duduk tanpa mengatakan apapun.
Canggung, ini lebih dari kata canggung. Apalagi ketika jelas-jelas Helen tidak sengaja, sungguh, mengeluarkan suara jahanamnya.
"I know you like my service, Len." Kata Mahesa pada akhirnya, memecah hening yang mati-matian mereka bangun hampir 10 menit lamanya. "Aku bingung harus nanggepin pertanyaanmu selama ini jadi kayanya kamu harus dikasih contoh sekalian."
Helen masih diam, dia bingung. Mau bilang tidak, tapi ia sadar kalau selama ini dia memang sedikit kurang ajar telah melayangkan banyak pertanyaan nyeleneh pada Mahesa. Tapi disatu sisi dia ingin tahu apa yang Mahesa lakukan padanya hanya sekadar jawaban tanpa perasaan?
Selama ini, laki-laki itu seolah tidak punya satu rahasia hatipun untuk diungkapkan padanya. Dan semakin hari Helen semakin frustasi menunggu, sedang orangnya semakin sering ia temui.
"Jelas aku nggak tau apa maksud dari pertanyaanmu." Tambah Mahesa lagi, seolah bisa membaca isi kepala Helen meski berisik, penuh dan sesak.
Mahesa mengendurkan dasinya kemudian mengalihkan tatapannya dari Helena, berpindah pada layar komputernya yang mati, menghidupkan dengan gerakam cepat, lalu kembali bekerja.
Berdetik-detik hingga menit kembali dilanda hening. Suara denting jarum jam lagi-lagi kian nyaring, dan kini ditambah suara keyboard dari komputer Mahesa yang terdengar seperti melodi tak karuan, sama seperti isi kepalanya.
"Berarti dimata kamu aku menarik, Sa?" Akhirnya Helen bertanya "Atau kamu lakukan itu karena memang kamu iseng dan nggak suka aku kasih pertanyaan aneh kaya tadi?"
"Semua laki-laki setuju kalau kamu menarik." Mahesa memundurkan kursinya, lalu mengarahkannya kepada Helen. "Aku juga nggak memungkiri itu kok."
Semua laki-laki. Dari kemarin, Mahesa selalu mengatakan begitu. Semua laki-laki akan menganggap Helen menarik, akan menyukai jika dicium, akan merasa senang bersama Helen. Padahal Helen berharap Mahesa menjawab hal yang berbeda kali ini. Seperti-
Ya, dimataku kamu menarik dan aku suka.
"Jadi menurutmu aku lebih cocok buat semua laki-laki?"
Yang membuat Mahesa mengernyit tidak mengerti, ia menautkan alisnya.
"Kayanya pertanyaanku bikin aku jadi murahan ya dimata kamu?"
"Ngomong apasih, Len?"
"Kamu selalu bilang bagi semua laki-laki. Kamu nggak pernah bilang bagi aku, menurutku, atau bahkan dari sudut pandangmu sendiri. Seolah-olah dimata kamu- kamu selalu menggunakan sudut pandang orang lain buat lihat aku, Sa."
Mahesa menghela napas berat sesaat ia bangkit dan mendekati Helen. Perempuan itu memberenggut kesal dengan mata memerah, jelas Mahesa jadi merasa bersalah dibuatnya.
"Mau apa?!" Helen menahan dada Mahesa ketika laki-laki itu sampai dalam jangkauannya. "Jawab dulu pertanyaanku."
"Kamu nggak pernah semenuntut ini untuk dapet jawaban loh, Helen."
"Ya karena kamunya yang nggak jelas! Mau ngapain deket-deket kaya gini?"
"Aku ma-
"Denger ya, Sa. Aku sampai sekarang nggak ngerti kenapa kamu kaya seolah pura-pura nggak peduli sama apa yang terjadi. Berulang kali kita ada disituasi yang harusnya kamu ngomong sesuatu, tapi kamu selalu menghadapi situasi itu dengan biasa aja, tanpa ngejelasin apa-apa. Apa cuma aku yang bingung dan kepikiran? Apa cuma aku yang mau tau tentang ada apa diantara kita selama ini?! Stop, aku belum selesai ngomong, Mahesa!" Helen menahan dada Mahesa lagi, kali ini dengan dua tangannya hingga laki-laki yang kini mencoba mendekatinya kini hanya bisa pasrah dalam garis yang Helen persilahkan. "Jangan kasih aku jawaban dengan action yang akhirnya bikin aku makin bingung."
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Antariksa Berkelana [Completed]
Fiksi Penggemar[SUDAH TERBIT] BAGIAN KEDUA 'Semesta dan rumahnya' Setelah kepergiannya, semua orang melangkah dengan kaki mereka yang patah. Terseok-seok melewati waktu yang panjang, berhenti untuk menangis, berjalan kembali dengan luka yang masih sama. Maka disin...