Kita adalah satu yang tidak menyatu

6.6K 910 47
                                    

Now playing ; Only Love Can Hurt Like this by Paloma Faith

Mahesa merebahkan dirinya diatas kasur dengan dua kancing kemejanya yang sudah terbuka. Hari ini melelahkan, jangan ditanya. Pukul 19:30, ia sudah pulang kerumah setelah seharian menjadi supir pribadi Helena dan Miko tentu saja. Bocah itu sekarang pasti sedang memainkan slime yang dibelikan Helena tadi siang.

Matanya menatap langit-langit kamarnya dengan kosong, pikirannya menerawang jauh. Jari jemarinya dengan begitu saja mengusap permukaan bibirnya sendiri. Entah mengapa, ia kepikiran.

I bite by myself or did you bite?

Pertanyaan gila itu benar-benar memenuhi pikirannya sekarang. Gila, sebut saja begitu. Tapi sebagai lelaki Mahesa juga tidak bisa memungkiri kalau pertanyaan itu membuatnya benar-benar ingin mengabulkan. Ya, tapi bagaimana jika benar ciuman itu terjadi? Mereka tidak terikat dalam hubungan apapun untuk melakukan hal itu. Bagaimana jika setelahnya mereka akan menjadi canggung? Bagaimana jika— Helen mempertanyakan hubungan mereka?

Bayang-bayang Helen memang akhir-akhir ini kerap menyelinap disela-sela kekosongannya. Perempuan itu menyenangkan, pekerja keras dan selalu memperhatikan Mahesa. Dia peduli, bahkan pada orang-orang yang bahkan selama ini tidak pernah memberi manfaat untuknya. Hanya karena mereka salah satu orang terdekat Mahesa, Helen merasa bahwa ia sangat perlu memperdulikan mereka.

Helena
Sa, udah sampe rumah?

Mahesa berguling kekanan setelah membuka pesan dari Helen. Ia sudah di apartement sejak 10 menit yang lalu. Tapi karena hari ini melelahkan, ia tidak membuka ponselnya dan langsung merebahkan diri begitu saja.

Permasalahan antara perjodohan Narda dan Kara belum memiliki titik terang. Ditambah Jonathan yang malah ikut Rendra pergi kebogor ketimbang menemui Narda dan menjelaskan alasannya mengabaikan temannya tersebut.

Ah, rumit.

Panggilan masuk dari Cakra Septian Adeliano.

"Hallo, Kra?"

"Bang, susulin gue buruan."

Suara panik Cakra disebrang membuat laki-laki itu langsung duduk. "Kra, ada apa?"

"Bang Narda pingsan. Bang, buruan. Gue takut."

Mendengar laporan Cakra, Mahesa langsung melangkah meninggalkan kamar, meraih kunci mobil diatas kasur dan melenggang pergi keluar begitu saja. Tanpa ganti baju, tanpa pikir panjang.

"Sekarang dimana?"

"Rumah gue. Buruan ya Bang."

"Iya, gue udah masuk mobil. Tunggu gue bakal ngebut."

"Hati-hati."

•••00•••

Kamar Dahlia nomor 9, pintunya baru saja tertutup rapat setelah seorang dokter keluar dari sana. Didalamnya, diatas ranjang rawat berbaring Narda dengan infus ditangan sedang Mahesa kini tengah terpekur sambil menatap nanar kearah temannya yang belum juga sadar. Disebelahnya sudah ada Cakra dan Jinan yang menyandarkan masing-masing kepala mereka pada body sofa. Jonathan dan Rendra juga sudah dihubungi dan katanya akan sampai sekitar jam 11 nanti malam.

Ruangan ini Mahesa pesan langsung, VIP atas nama Mas Jerremy. Setelah beberapa saat, akhirnya orang yang dimaksud pun muncul.

"Apa kata dokter, Sa?" Tanya Jerremy setelah ia bergabung duduk bersama Mahesa.

2. Antariksa Berkelana [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang