Now Playing : Breathin by Ariana Grande
"Kadang kita lupa, kalau apa yang kita miliki adalah jawaban atas do'a-do'a kita sendiri. Meski nggak serupa, semua itu sudah dikabulkan sesuai porsinya."
"Ya terus kenapa kalau kamu cuma manager? Aku nggak gila pangkat sampai kamu harus mengkhawatirkan orang yang punya pangkat lebih tinggi dan menginginkan aku, Sa. Kalau aku cintanya sama kamu, anak presiden pun nggak ada apa-apanya."
Helen tidak bohong, dia serius dan sungguh-sungguh dengan perkataannya. Mengusir kekhawatiran sang kekasih, jelas Helen tahu mengapa Mahesa tiba-tiba mengatakan keresahannya itu. Keberadaan Sagara yang baru-baru ini kembali dengan berbagai hubungan masa lalu yang pekat, Mahesa tidak mau tempat itu menjadi ladang dimana Sagara bisa menyuburkannya lagi.
Meski hanya sebagai teman yang selalu ada, Helen sudah punya Mahesa dan laki-laki itu akan menjadi semuanya untuk Helen. Sebagai kekasih, teman, guru, bahkan anak yang harus diurus jika sedang kambuh manjanya.
Dimeja kerjanya, Helen tersenyum tipis seorang diri membayangkan bagaimana tadi Mahesa memujinya cantik. Ia usap bibirnya yang kini sudah dilapisi lipstik dengan shade yang biasa ia pakai. Hatinya benar-benar seperti taman bunga, kupu-kupu berterbangan dimana-mana bahkan ketika Mahesa sudah tak berada dihadapan, bayangannya seolah terus memanjakan.
"Berita kamu mau tunangan sama orang dari kantor pusat udah nyebar." Seseorang muncul disebelah Helen dengan secangkir kopi ditangannya, lalu menyodorkan kepada Helena.
"Buatku?"
"Eum, kebetulan tadi asistenku bikin kebanyakan."
"Makasih." Helen tersenyum, ia raih cangkir dihadapan dan meminum isinya sedikit. Ia tak terkejut jika Sagara tiba-tiba ada disini, dia memang bisa seperti hantu yang muncul begitu saja.
"Kamu serius sama dia?"
Mendengar pertanyaan itu, Helenpun mendongakan kepala. "Emangnya ada yang salah kalau aku pacaran sama dia? Maksudnya — memangnya aneh kalau aku pacaran?"
"Nggak salah, aku cuma mau bilang kalau sebaiknya kamu nggak usah buru-buru buat tunangan segala, pacaran aja kan bisa."
"Dia maunya langsung tunangan."
"Dan kamu langsung iya-iya aja?" Sagara menatap Helen dengan alis bertaut dan tatapan yang begitu kebingungan.
"Memangnya salah ya kalau tiba-tiba aku mau tunangan sama orang yang aku suka? Lagian aku sama dia udah kenal cukup lama, hampir 7 bulan."
"Tunangan, Len. Nggak sesepele itu loh."
"Aku nggak suka ya, Gar. Kalau kamu protes sama sesuatu yang aku putuskan."
"Aku kaya gini karena aku nggak mau kamu kenapa-napa, Helena."
Ditempat duduknya, Helen menarik nafas panjang dan melelahkan. Ia tatap cangkir di tangannya, sudah hilang seleranya pada minuman itu.
"Kamu nggak mau aku bahagia, kah?" Kali ini, Helena beranikan tatap mata Sagara yang lebih dulu sudah menatapnya. Seolah tatapan keduanya seperti berperang satu sama lain, tanpa ada yang mau mengalah.
"Aku tanya sama kamu, Sagara. Kamu nggak mau liat aku bahagia?"
Diam, laki-laki itu tak beri jawaban sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Antariksa Berkelana [Completed]
Fanfic[SUDAH TERBIT] BAGIAN KEDUA 'Semesta dan rumahnya' Setelah kepergiannya, semua orang melangkah dengan kaki mereka yang patah. Terseok-seok melewati waktu yang panjang, berhenti untuk menangis, berjalan kembali dengan luka yang masih sama. Maka disin...