"Jatuh cintalah sebanyak yang kamu mau, masuk saja kehatinya jika ingin. Yang perlu kamu tahu, ia tak sesederhana itu untuk kamu pahami, jadi bersiaplah dahulu."Now Playing ; Bad Habit by Steve Lacy
Dada Helena bergemuruh bak petir bersahutan. Saat ia terjaga dari tidur yang tak pernah ia sangka akan selelap ini, pemandangan pertama yang ia lihat ketika membuka mata adalah wajah Mahesa disebelah. Mata laki-laki itu tertutup, deru napas teratur menguar dari saluran pernafasannya. Dengan bersandar pada dinding bercat putih tulang dan posisi wajah menghadap kearah Helen, bagi perempuan itu kejadian hari ini adalah suatu pemandangan terbaik yang Helena lihat sepanjang tahun ini.
Dari sisi ranjang rawat, Tante Lily tampak terjaga. Sedangkan satu orang yang ikut berpartisipasi dalam siaga di kamar ini pergi entah kemana.
Ya, Jonathan Nathaniel si mulut petasan itu memang bisa tiba-tiba hilang, bisa juga tiba-tiba muncul seperti hantu. Tapi memang sudah tabiat, Helen tidak akan terkejut lagi.
Drrrrd
Jonathan N
Kalo udah bangun turun bantu angkut barang.Helen menilik wajah Mahesa disebelah sekali lagi. Berat rasanya meninggalkan pemandangan seindah ini, tapi bagaimanapun Jonathan sudah menunggunya. Maka dengan berat hati dan raga, Helen bangkit dari sofa tempat ia sempat terlelap begitu lama. Buru-buru menyusuri koridor dan menemui Jonathan.
Parkiran basemant dimana mobil-mobil terparkir menghentikan langkah Helen. Dalam radius 5 meter, ia menemukan Jonathan bersandar pada body mobil berwarna hitam sambil menyesap sebatang rokok ditangannya.
Helen langsung mendekat. Ketika sosoknya mulai tertangkap netra Jonathan, laki-laki itu menurunkan benda berasap yang ia pegang lalu sedetik kemudian menjatuhkan dan menginjaknya. "Bilang kek kalo udah bangun!" Jonathan malah sewot. Sambil membenahi topi yang ia pakai, ia berbalik membuka pintu mobil, mempersilahkan perempuan itu masuk.
Mata Helen menatap kebawah pada sisa rokok yang sudah tak berbentuk lagi, hanya menyisakan noda kehitaman pada lantai semen abu-abu yang kusam. Padahal, Helen tidak masalah jika Jonathan merokok dihadapannya, dan dia juga tidak kaget akan hal itu meski ini kali pertama ia menemukan Jonathan menyesap benda itu dengan nikmat.
Lagipula, memangnya ada laki-laki yang tidak pernah merokok?
"Sebanyak apasih barang yang mau dibawa?" Helen menilik dalam mobil. "Cuma ini?"
Satu kardus air mineral, dua box popok dewasa, beberapa helai baju baru dalam papper bag berwarna hitam dengan label bermerk, seplastik besar camilan dan beberapa box makan siang. Jonathan bisa saja membawanya sekaligus dengan dua lengan berototnya, tapi kali ini ia malah memutuskan untuk menunggu Helena meski ia tidak tahu kapan perempuan itu bangun.
"Yoi, bawa aja tuh popok sama makan siang, sisanya aku."
"Oke." Helen masuk kedalam mobil untuk meraih benda yang disebutkan oleh Jonathan. "Btw tadi malem kamu kemana?"
Habisnya, Laki-laki itu menghilang sejak pukul 9 malam setelah ia menemani Tante Lily rawat jalan dan baru kembali hari ini, entah pukul berapa yang jelas dari pesan yang Helen terima-- sudah pukul 11 siang.
"Main." Jawabnya singkat.
Sambil mengeluarkan barang-barang, Helen berpikir keras. "Memangnya main kemana semaleman? Punya temen disini?"
"Main bukan berarti harus ketemu temen. Badanku kurang enak semalem, jadi kubawa seneng-seneng dikit." Yang setelah kalimat itu selesai, Helen menemukan sesuatu terselip dijok mobil penumpang.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Antariksa Berkelana [Completed]
Fanfiction[SUDAH TERBIT] BAGIAN KEDUA 'Semesta dan rumahnya' Setelah kepergiannya, semua orang melangkah dengan kaki mereka yang patah. Terseok-seok melewati waktu yang panjang, berhenti untuk menangis, berjalan kembali dengan luka yang masih sama. Maka disin...