Harga dari sebuah kesetiaan

6.1K 799 101
                                    

"Cinta itu tumbuh. Sendiri atau bersamamu, cintaku tetap tumbuh."

Now Playing : Talking to the moon by Bruno Mars

"Aku nggak nyangka kamu bakal punya ide kaya gini." Diteras resto yang tandus, Narda berjongkok sambil menyusun beberapa pot bonsai dirak kayu. "Adem banget kelihatannya, ini semua yang dirumah kamu bawa kesini?"

"Enggak, ini aku beli lagi, yang dirumah tetep dirumah, nggak kukemana-kemanakan." Dihadapan, Kara ikut menyusun pot bonsai bersama Narda.

Sayang jika tanaman sang suami harus berpindah tempat tinggal. Sedangkan rumah itu terlalu lekat pada sosoknya, dan Kara tidak akan memindahkan satupun barang milik suaminya ketempat lain. Meski hanya sebuah pohon bonsai sekalipun.

"Jonathan sama Jinan kemana sih?"

"Ambil taneman lagi, masih ada beberapa pohon yang kubeli untuk halaman resto dan sekalian papan nama restonya."

Oh ya, Kara lupa memberi tahu perihal nama resto yang akan ia kelola ini. Jadi selain mempertimbangkan seorang diri, saran dan masukan dari teman-teman sejawat sang suami juga ia terima jauh-jauh hari hingga lahirlah sebuah nama 'Rumah Haikara' sebagai nama sederhana yang akan menjadi julukan permanen untuk tempat ini. Rumah Haikara berdiri dengan dua lantai dan taman yang cukup luas. Terbagi menjadi 4 bagian yang memiliki masing-masing spot terbaik yang Kara persiapkan untuk setiap sudutnya.

Dari gerbang utama, pengunjung akan disambut dengan pemandangan penuh pohon yang rindang, berbagai macam tanaman berpot hingga tanam permanen menghiasi sudut-sudut halaman, tanah yang dilapisi kerikil berwarna kecoklatan dan jalan dengan balok bebatuan yang lebar-lebar. Resto dengan nuansa outdoor Kara sajikan dengan begitu sederhana dan nyaman, bahkan jikapun hari terasa terik dan membakar, rindangnya pepohonan disana akan memayungi setiap insan yang duduk dibawahnya.

Sampai dibagian utama, Kara memberikan tempat klasik yang semua orang akan merasa wajar dengan pemandangan ini. Hanya berbagai spot tempat makan pada umumnya, hanya lagi-lagi Kara memberi berbagai macam tanaman didalam sana. Dari yang asli sampai buatan, berbagai macam hiasan dinding sampai rak buku dengan berbagai macam genree buku yang ia letakkan disana. Dengan kata lain, semoga buku-buku itu bisa menjadi teman untuk jiwa-jiwa yang sabar menunggu ia menyiapkan pesanan.

Masih ada dua tempat lagi yang harus dilirik. Di atap, Kara juga mempersiapkan tempat untuk pengunjung dengan pemandangan gedung-gedung tinggi yang bisu. Tempat yang paling disukai remaja-remaja masa kini, Kara akan memasarkan restorannya kepada semua usia tanpa terkecuali.

Dibagian belakang, bagian khusus untuk tamu yang menginginkan ruang lebih pribadi untuk menikmati makanan yang Kara masak. Ia mempersiapkan 5 ruang khusus untuk itu.

Sebenarnya, mimpinya membangun tempat ini adalah mimpinya sejak remaja. Kara suka memasak, bahkan jikapun sang ayah tidak mengizinkannya untuk masuk jurusan yang Kara inginkan, ia mempelajari berbagai resep secara otodidak.

Ketika ia pacaran dengan Mahesa, Kara mulai berani mempraktekan hasil belajarnya. Mahesa dahulu sangat mendukung Kara dengan hobbynya tersebut, setiap makanan yang Kara masak selalu mendapat pujian dan dua jempol dari sang pacar, kadang Haikala juga memberinya jempol meski hanya satu karena katanya dua terlalu banyak, nanti Kara sombong.

Membahas mimpi ini, Kara memulainya ketika hidup bersama Haikala. Sejak ia kehilangan calon anak keduanya, cara terampuh untuk menyingkirkan sedih adalah dengan sibuk didapur. Memasak apa saja, sebanyak mungkin.

2. Antariksa Berkelana [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang