Kita yang dipertemukan kebetulan

6.6K 955 65
                                    

Now Playing ; love on top by John Canada

5 detik yang singkat, Helen membeku seperti orang bodoh. Apalagi ketika Mahesa mencondongkan tubuhnya sedikit lagi, memangkas jarak mereka berdua tanpa bilang apa-apa, tanpa menjelaskan maksudnya apa.

"Hhhhh-" Helen memutar matanya dan tersenyum, ia menahan tawa. "I bite by myself or did you bite?" Dan Helen tidak akan berbicara dengan suara lantang mengingat jarak mereka yang bahkan lawan bicaranya bisa mendengar- meski Helen hanya berbisik.

"Hmmmm?" Dan hanya ada deheman sebagai balasan. "Menurutmu mana yang worth it?"

Helen langsung menggeleng beberapa kali. Sedangkan perempuan itu tersenyum, Mahesa tampak serius. Sekali lagi, Helen bisa melihat adam apple milik Mahesa bergerak.

"I can be your partner if you need it."

Mendengar tawaran Mahesa, Helen tertawa. Ia langsung menarik dirinya menjauh dengan kedua tangan mendorong dada Mahesa dengan lembut. "Ngaco deh! Udah lah, kamu mah bercanda mulu!" kata Helen pada akhirnya, tangan kanannya sibuk merapikan rambut.

"Kamu pikir selama ini aku bilang bibir kamu cantik karena aku mesum ya? Sampe kamu nawarin bite it, bite it segala. Nggak ya, aku nggak mesum. Aku beneran nanya tips bibir sehat ke kamu bukan cari kesempatan biar kamu cium."

Meskipun yang kini Mahesa lihat hanya kekehan konyol yang menyenangkan. Mahesa sendiri juga tahu kalau ada kecanggungan diantara bahasa tubuhnya. Perempuan itu menghindari kontak mata setelah ia mendorong Mahesa menjauh, sesekali memegangi dadanya. Bisa ditebak apa yang ia rasakan?

Pasti ada yang mau loncat dari sana.

Tapi dibanding ikut menertawakan sesuatu yang terlihat konyol bagi Helena, Mahesa sama sekali tidak menganggapnya demikian.

"Jadi kamu pikir tadi aku mau cium kamu?"

Mendengar pertanyaan itu- Helena langsung menoleh. "Y-ya anggep aja gitu kan? Karena emang kalau di bite pasti dicium dul-

"Terus kenapa malah didorong?"

"Aku nggak dorong."

"Kamu dorong aku sambil ketawa, Helena."

"Ih, mana ada!" Perempuan itu melirik sinis. "Lagian aku juga tahu digituin bukan jadi sehat, tapi luka. Eh- apasih? Kok bahas ginian?"

"Yang mulai kamu." Balas Mahesa yang kini tangannya sibuk mengurus kemudi dan menjalankan mobilnya.

"Terus kenapa wajahmu serius begitu? Aku tau kamu bercanda, tapi ini udah selesai, ayo ketawa kaya aku."

"Aku nggak bercanda."

"Aku tau kamu bercanda."

"Tapi setiap laki-laki bakal setuju kalau kamu percaya." Mahesa melirik Helen disebelah dengan tatapan yang begitu asing. "Aku nggak keberatan kalau kamu tadi nerima tawaranku dan aku bisa cium kamu."

Ada banyak kalimat di kepalanya. Atau- ada sangat banyak pertanyaan. Tapi Helen tiba-tiba bisu. Ia tak bisa menjawab Mahesa barang satu kata saja.

Bukan itu yang Helen ingin dengar sekarang. Karena Mahesa yang terus-menerus menjawab kalimatnya dengan serius begitu, Helena jadi kewalahan menertawai sesuatu yang bahkan baginya juga tidak lucu sama sekali.

2. Antariksa Berkelana [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang