"I will always, choose YOU."
Now Playing ; Car's Outside by James Arthur
Ketika malam semakin larut dan menggigil, embun berkelabat samar menerpa permukaan bumi perlahan demi perlahan. Diantara sunyinya dini hari yang sepi, sebuah mobil berwarna hitam metalik membelah jalan dengan dua manusia duduk diantara bangku didalamnya, tanpa percakapan apapun setelah masing-masing dari mereka memutuskan untuk berada disini, hanya berdua.
Dibalik kemudi, Jonathan sesekali melirik kesebelah dimana Kara duduk dengan tatapan kosong kearah jalanan. Ia tak bersuara sejak duduk disebelah dan Jonathan tidak tahu apa alasannya. Dia hanya bertanya-tanya apakah ada sesuatu yang membuatnya enggan duduk disini? Atau memang karena dia memang tidak ingin bicara. Sayangnya karena harus terjebak pada tangisan Narda, Kara tidak bisa langsung pulang bersama Mas Jerremy. Apakah ia merasa terpaksa jika pada akhirnya Jonathan yang turun untuk mengantarnya pulang?
Perjalanan mereka masih cukup panjang. Masih ada sekitar 30 menit untuk sampai kerumah Mas Jerremy dan Jonathan tidak bisa membayangkan akan semembosankan apa perjalanan mereka kali ini.
"Aku lega akhirnya bisa liat Narda nangis kenceng." Akhirnya, Jonathan bersuara. Ia tidak tahan untuk berada disituasi ini.
Mendengar ucapan Jonathan, Kara menoleh sebagai respon awal yang sudah Jonathan harapkan, memang harusnya perempuan itu menatapnya saja daripada jalanan kosong yang tidak istimewa.
"Makasih," katanya sambil ikut menoleh, menatap Kara lebih jelas.
Dengan begitu Kara hanya mengangguk. "Aku lakukan apa yang bisa kulakukan."
"Dan kamu bisa melakukan semua ini lebih baik dari kita semua."
Karena bukan hanya Kara yang bisa mengatakan itu pada Narda. Bahkan Rendra sudah beberapa kali mengatakan kalau menangis pun tidak akan membuat Narda menjadi manusia lemah. Bolak-balik Jinan bertanya apakah Narda melakukan semua kesibukan ini hanya karena dia tidak ingin memperlihatkan kesedihannya? Padahal semua orang juga menunjuk diri mereka sendiri untuk menjadi tempat ia bersandar dan menyembunyikan tangisannya disana. Tapi lihatlah, pada akhirnya Kara adalah pemenangnya.
"Suamiku pernah bilang kalau Narda punya anxiety, katanya dia nggak suka makan sendiri diluar, dia pernah kejebak di tawuran karena kena panic attack dan nggak suka bahas tentang masa lalunya. Dia benci ayahnya terlepas apa aja yang orang itu lakukan dimasa lalu pada Narda kecil. Aku tau kamu juga lebih banyak tau tentang dia daripada aku." Yang ketika Kara mengatakan hal itu, ia tatap kedua nayanika Jonathan begitu lekat. "Aku cuma mau mengganti posisi suamiku yang kosong itu, menjadi orang yang melakukan hal yang sama dengan apa yang kalian lakukan. Bukan berarti aku punya sesuatu yang istimewa terhadap dia."
Malam ini, seolah Kara ingin sekali meluruskan sesuatu yang membuat beberapa orang menyalah artikan perlakuannya terhadap Narda. Karena bukan hanya Jonathan yang mempertanyakan itu, tapi juga teman-temannya yang lain. Beberapa Kali Mahesa datang kepadanya dengan pertanyaannya yang hampir sama setiap kali. Tentang perjodohan dan perasaan Kara terhadap Narda, padahal ia sudah mengatakan kalau ia belum siap untuk melangkah sejengkal saja dari perasaannya terhadap Haikala. Masih terlalu pekat sosoknya dikepala dan ingatan. Seolah Kara pun memegang teguh janjinya bahwa jikapun harus ia rapuh karena kesendirian, orang yang akan menyangganya bukan salah satu dari mereka berenam.
Karena meskipun mereka semua adalah laki-laki baik, ia tak akan merebut satupun dari potongan puzzle yang mereka susun bersama untuk memilikinya seorang diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Antariksa Berkelana [Completed]
أدب الهواة[SUDAH TERBIT] BAGIAN KEDUA 'Semesta dan rumahnya' Setelah kepergiannya, semua orang melangkah dengan kaki mereka yang patah. Terseok-seok melewati waktu yang panjang, berhenti untuk menangis, berjalan kembali dengan luka yang masih sama. Maka disin...