Buang saja cintanya ke laut

6.3K 866 34
                                    


Now Playing ; Love you like me by William Singe

Mahesa
Hari ini nggak ke kantor, ya?

Sudah hampir 5 menit lamanya Helen hanya memandangi pesan chat di beranda WhatsApp nya. Pesan dari Mahesa tak ia balas, bahkan dibuka, lagipula sudah terbaca karena singkat sekali. Setelah itu, Helen terpekur memandangi halaman rumahnya dari pinggiran kasur diiringi musik dengan lagu-lagu galau yang begitu lirih, cukup untuk ia dengarkan sebagai penghibur, atau memang ia sedang ingin mendengar kata-kata menyedihkan agar ia punya teman.

Ting! Satu pesan masuk lagi.

Mahesa
Aku mau ngomong sebentar. Hari ini Tante Lily dibawa ke Singapore, karena Narda masih dirawat- jadi aku yang pergi sama Jonathan buat nemenin.

Kali ini, pesannya cukup panjang. Cukup membuat Helen pasrah untuk langsung membukanya mengingat Mahesa memang tidak banyak cakap kalau di pesan chat. Hanya beberapa detik kemudian, Helen bangkit dari kasurnya, pergi menuju kamar mandi, hanya cuci muka dan gosok gigi lalu mengganti bajunya.

Persetan jual mahal! Helen harus bertemu Mahesa sekarang juga!

•••

Sedangkan ditempat lain, Mahesa duduk di dalam mobilnya sambil sesekali menatap keluar dimana halaman kantor terlihat lengang pagi ini. Ia menatap kaca spion sesekali, melihat penampilannya yang sebenarnya masih sama seperti hari-hari biasa, tapi karena kali ini ia akan langsung pergi ke Singapore, ia harus tampak sedikit berbeda bukan?

Kumis tipisnya sudah dipangkas habis, sama seperti rambutnya yang sudah tumbuh lebih panjang, tadi malam sudah dipotong rapi. Kemeja dengan bahan satin licin berwarna hitam, topi beanie berwarna senada, semua yang ia kenakan sudah tidak perlu diragukan lagi. Mahesa cukup dewasa untuk menjadi panutan dalam persoalan outfit yang sedang ngetrend. Siapa bilang seorang Mahesa yang katanya gila kerja dan paling ambis itu biasa-biasa saja? Dia tidak sekaku dan sesepele itu kalau mau tau.

Tanpa menerima balasan, Mahesa tidak sama sekali beranjak meninggalkan kantor tempat dimana Helen bekerja. Ia tidak punya kekuatan apapun untuk menjamin Helena akan datang menemuinya, tapi sebuah harapan, meski sedikit- pesannya terbaca.

Pukul 9:30, kaca mobilnya diketuk dari luar.

"Ngobrol didalem aja, Len." Ucap Mahesa setelah membukakan kunci mobilnya, mempersilahkan perempuan dengan blous berwarna lilac masuk kedalam mobil.

Yang diajak bicara hanya bisa menurut, mengikuti instruksi Mahesa untuk bergabung bersamanya didalam mobil dalam rangka membicarakan sesuatu yang entah apa. Sampai lewat satu menit yang serasa satu jam setelah Helen duduk, hanya ada bisu yang begitu utuh ditengah-tengah mereka berdua.

"Katanya mau ngomong, kok diem?" Akhirnya Helen yang membuka obrolan. Dibanding Mahesa yang santai, Helen adalah antonimnya. "Kalau nggak ada yang mau kamu omongin aku pergi nih."

"Kamu nggak nanya kenapa aku nunggu kamu dikantor daripada datang ke rumahmu?" Sampai disana, Helen hanya mampu menautkan kedua alisnya.

Lantas ketika kalimat itu mampu Helen cerna dengan baik, hati kecilnya membenarkan kalimat yang Mahesa lontarkan seolah ia baru menyadari sesuatu yang tidak biasa. Padahal, yeah, bukannya lebih cepat jika Mahesa datang kerumahnya dan bicara? Bukan malah menunggu dikantor, padahal dia sudah tahu Helen tidak disana.

Tidak menjawab, Mahesa tampak tersenyum tipis sambil merogoh sesuatu didalam dasbord mobilnya.

"Apaan?"

"Sarapan." Mahesa menyodorkan sebungkus sandwich dengan isian telur mata sapi dan sosis, tidak ada timun dan mayonaise yang notabenenya Helen paling benci keduanya. Dengan sedikit salah tingkah, Helen menerima.

2. Antariksa Berkelana [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang