Jangan dekat-dekat, pawangnya galak

6K 808 200
                                    

Now Playing : One 4 U by RealestK

Dari radius 5 meter, Narda mengangkat satu alisnya skeptis ketika menemukan Helen duduk bersama seseorang disebuah meja kantin. Memang hal wajar pemandangan itu terjadi, seandainya Helen memang duduk bersama seorang rekan kerja sedangkan ini? Siapa orang bertubuh jangkung nan gagah itu? Tiba-tiba saja duduk seperti orang paling akrab dengan Helena, bahkan sampai mengacak rambut gadis itu beberapa kali karena kegemasan.
Padahal setahu Narda, dikantor tidak ada makhluk seperti orang itu disini.

"Narda, ngapain bengong disini?" Seseorang bertanya dengan satu nampan berada didepannya. Menoleh, Narda menemukan salah satu rekan satu divisinya, namanya Bunga. "Disini emang lagi penuh, Na. Lagi ada launching menu baru soalnya."

Bunga pikir Narda sedang mencari meja kosong untuk ia tempati. Sambil mengedarkan pandangan ke segala arah meski ternyata memang, semua tempat duduk sudah terisi.

"Eh, tapi itu ada Helen. Kamu kan akrab sama dia."

"Itu yang sama Helen siapa sih?" Narda masih skeptis, ia tatap Helen dengan tampang ingin makan orang meski yang ditatap tidak akan pernah sadar dengan apa yang Narda lakukan. "Karyawan baru kah?"

"Oh, itu. Itu namanya Kak Sagara, kemarin dia ikut pertukaran pekerja ke Los Angeles 5 tahun. Kontraknya sama agensi sana udah habis, makanya lanjut kerja disini."

Narda mengernyit. "Capek-capek jadi karyawan diluar negeri baliknya kenapa gabung ke agensi cabang lagi? Kenapa nggak ke pusat aja noh, loker divisi marketing lagi kosong."

Meski tidak kerja disana lagi, Narda selalu tahu apa saja yang terjadi karena keluh kesah teman-temannya tidak pernah habis. Dari kekurangan tenaga kerja di bidang marketing, anak magang ada yang suka genit ke karyawan perempuan, dan yang paling melelahkan adalah Pak Rangga yang setiap bertemu Rendra terus menjodohkan anaknya. Siapa yang pusing kalau sudah begini? Tentu saja Narda. Dia jadi yang paling sering mendengar Rendra berkeluh kesah karenanya.

"Loh, jangan salah. Dia pulang kesini langsung jadi CEO dan dapet 15% saham bersih agensi loh. Gajinya perbulan berapa ratus juta tuh, nggak bisa ngitung saya."

"Ya nggak usah dihitung, Bunga. Itu bukan gaji lo," cecar Narda sambil geleng-geleng. "Tu orang deket banget sama Helen?"

"Deket, kemarin malah pernah ada rumor kalau Kak Sagara suka sama Helen. Sampe ditemenin pulang ke Bandung pas acara 1000 harian mendiang ayahnya Helen."

"Oh, yaudah. Makasih infonya." Pergi, Narda meninggalkan kantin dengan tas kanton berwarna coklat yang tidak jadi ia berikan.

Ia kembali menyusuri lorong lantai 2 dan kembali ke meja kerjanya. Menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi kerja miliknya, ia tatap langit-langit ruang kerja dengan tatapan kosong yang tak berarti. Beberapa detik lamanya, hembusan nafas berat menguar kepermukaan.

"Yakin cuma rumor?"

Narda mendesis, dari yang ia lihat tadi, tatapan si cowok itu seperti langit malam yang cerah. Bintang bertaburan, binarnya menyala sampai menyebar kesegala arah. Bagaimana laki-laki yang pada akhirnya Narda ketahui bernama Sagara tersebut tertawa dan beberapa kali mengacak rambut Helena penuh atensi, Narda sudah curiga. Dan Bunga dengan antusias mengatakan Sagara pernah menemani Helen pulang ke Bandung? Bahkan sedekat Mahesa saja Helen tidak pernah mengajaknya.

2. Antariksa Berkelana [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang