Now Playing ; Crazy by Beauz, Jvna"Uang bisa dicari, kamu tinggal dihati."
Minggu pagi, pagi-pagi sekali, mungkin masih pukul 6:30, seseorang menyembul dari luar dengan sekeranjang buah dan bubur ayam hangat buatannya. Sambil menggandeng kotak bekal bertingkat dan sebelahnya lagi menuntun bocah setinggi pinggangnya, Kara datang berkunjung kerumah sakit.
Di ranjang rawat, Narda sudah terjaga. Dia tidak melakukan apa-apa. Hanya menatap ponselnya yang masih terkunci, tapi layar menyala. Disana, ada gambar sebagai wallpaper. Gambar yang diambil sudah lama sekali. Mungkin, sekitar 2 tahun yang lalu saat mereka semua pergi wisata ke Jogja dan main kepantai.
"Sendirian aja, Na?" Kara bertanya sambil merapikan nakas yang berantakan. Dari cas ponsel yang tidak tergulung, sampai bungkus coklat yang tidak dibuang. Ulah siapa lagi kalau bukan antek-antek sejiwa yang ikut bermalam disana, ditambah saat Kara melongok ke sofa panjang berwarna coklat yang kini diduduki Miko, jaket denim sampai celana olahraga dijajar rapi seolah-olah sofa itu adalah jemuran. Kara hanya menghela napas berat, "yang lain kemana?"
"Jinan keluar sama Rendra beli baju ganti, Cakra pulang bentar katanya ada panggilan darurat dari abangnya. Jonathan dikamar mandi tuh, lagi boker. Bang Mahesa ke kantor bentar ngurus kerjaan sama mau ambil baju ganti mungkin."
Kara berooh panjang, rantang dan buah sudah ditata di nakas dan dengan sigap berpindah membereskan meja dan sofa yang berantakan. Kara tidak banyak protes meski keadaan ruangan ini terlihat amburadul. Ya, lagian apa yang ia harapkan dari sekelompok laki-laki yang diminta menjaga temannya yang sakit?
"Kamu cepet banget si kesininya? Siapa yang anter?"
"Bareng sama Mas Jer. Tadi malem aku bilang kedia mau jenguk kamu, jadi dia jemput aku sekalian."
Narda melirik Kara sekilas. Perempuan itu masih sibuk merapikan sofa dan meja yang dipenuhi barang-barang pribadi dan beberapa bungkus permen kembalian belanja di minimarket. Di sofa panjang, Miko duduk dengan tangan mungilnya yang sibuk memainkan slime.
"Sssstttt, Miko!" Narda memanggil yang dengan otomatis membuat kepala Miko mendongak. "Sini."
Rindu, tangan Narda yang masih diinfus bergerak.
"Nggak mau ah! Takut!" Kata Miko dengan gelengan yang jelas. Ia kembali memainkan slime ditangannya, kini sambil rebahan diatas sofa.
"Kenapa juga takut? Sini, kakak kangen nih, mau cubit Miko."
Tapi bocah itu menggeleng lagi, tanpa menatap Narda seolah-olah slime ditangannya akan lari jika ia lengah sedikit dari benda itu.
"Ih, males deh temenan sama Miko."
"Mana bisa temenan, Kakak kan udah gede, aku masih kecil. Temenku itu Melia, Reza, sama Kylo. Kak Narda enggak."
"Oh gitu ya! Jadi nggak mau temenan nih. Ntar kalau Kakak sembuh nggak ada ya es krim rasa mel—
"Emang kalau Miko kesitu Kakak jadi sembuh ya? Soalnya waktu Miko ke ayah pas Ayah suruh Miko mendekat, Ayah malah tambah sakit."
Mendengar itu, kompak Narda dan Kara menatap Miko yang masih rebahan tanpa memperdulikan sekitarnya.
"Nggak mau ah, Miko takut. Nanti Kak Narda pergi kaya ay—" Sadar, Miko menghentikan kalimatnya dan langsung duduk diatas sofa yang ia tiduri, langsung menatap ibunya dengan tatatap paling bersalah. "Maaf, Mama." Katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Antariksa Berkelana [Completed]
Fanfiction[SUDAH TERBIT] BAGIAN KEDUA 'Semesta dan rumahnya' Setelah kepergiannya, semua orang melangkah dengan kaki mereka yang patah. Terseok-seok melewati waktu yang panjang, berhenti untuk menangis, berjalan kembali dengan luka yang masih sama. Maka disin...