Now Playing ; Not Around by Nova
'Narda bilang lo nggak ada bales pesannya. Kenapa? Marah? Marah sama siapa lo sebenarnya?'
Mahesa mengacak rambutnya yang sudah berantakan. Ia menatap ke ranjang dimana Narda tertidur disana sedangkan ia sudah berjam-jam terpekur di meja kerja, menanti balasan seseorang yang teramat sangat di tunggu-tunggu namun tidak ada tanda-tanda akan membalas.
Mahesa tidak tahu apa yang membuat Jonathan begitu marah pada Narda. Permasalahan ini belum menemukan keputusan mutlak dan titik terang, bukankah Jonathan tidak pantas untuk menilai bahwa Narda telah merebut seseorang yang Haikala cintai? Narda hanya mendapatkan tawaran, dan bocah itu belum memberikan keputusan apa-apa sampai sekarang.
Sebenarnya Mahesa juga marah. Tapi ia tidak tahu harus marah pada siapa. Keadaan adalah yang paling bermasalah, lalu siapa yang akan Mahesa hindari? Bukankah semua ini terjadi karena memang pada akhirnya- keadaan lah yang membuatnya rumit.
Mahesa mematikan laptop diatas meja. Ia tidak bisa tidur. Tidak seperti Narda yang sudah terlelap dari 30 menit yang lalu setelah ia berkali-kali mengeluh kepalanya pusing. Setelah menelan dua kaplet obat yang selalu ia bawa kemana saja, akhirnya laki-laki itu tertidur dengan nyaman diatas kasur tanpa memperdulikan sang empunya ranjang tidur. Mahesa tahu, bahwa Narda sampai kini masih harus rutin minum obat setelah sisa-sisa kecelakaan berbulan-bulan lalu seolah tak benar-benar lenyap begitu saja. Syaraf otaknya terancam rusak, perawatan sudah dikurangi dari rumah sakit dan tinggal Nardanya saja yang merawat dirinya sendiri. Tapi bukan itu yang penting sekarang, yang Mahesa pikirkan kini adalah alasan mengapa semua ini terjadi dan menjadikan Narda sebagai anak pion yang akan mereka permainkan. Bukankah ini sebuah kejahatan yang dilakukan semesta? Apakah hidup Kara hanya akan berputar-putar pada circle pertemanan mereka saja?
Memusingkan sekali.
Drrrdd
Helen
Sa, mobilku mogok :(•••00•••
Pukul 11 malam, Mahesa baru saja sampai menemui Helen dengan seorang montir. Jalanan panjang yang sepi, hanya ada Helen dengan mobil mogoknya disana.
"Maaf ya, lama." Kata Mahesa sambil membukakan pintu mobilnya untuk Helen. "Kamu biar kuanter pulang, nanti mobilnya kalau udah siap bakal dianter kerumah sama montirnya."
"Kamu udah kesini bawain montir aja aku udah lega banget, Sa. Nggak papa, aku bisa nunggu sampai mobilku baikan, kamu pulang aja."
"Loh." Mahesa mengernyit. "Kamu ngusir aku nih? Nggak mau kuanter pulang?"
Helen hanya terkekeh sambil menggeleng pelan. Sungguh, bukan itu maksudnya. Helen hanya tidak enak karena telah menyusahkan Mahesa selarut ini. Tapi dari banyak panggilan dan pesan yang ia kirim, hanya Mahesa yang langsung bergerak membantunya.
"Udah malem, kamu juga pasti lagi istirahat 'kan?"
"Karena udah malem itu aku anter kamu pulang. Ayo, masuk."
"Sa- udah nggak us-"
"Masuk Helena. Aku nggak suka ya kamu nolak-nolak gini. Udah malem, urusan mobil udah ada montir kamu nggak usah khawatir."
Melihat tatapan Mahesa yang begitu tegas sontak membuat Helen kehabisan akal untuk beralasan dan menolak. Ia berakhir pasrah, berjalan dengan tubuh lunglai masuk ke mobil milik Mahesa dan menyandarkan kepalanya tepat ketika ia duduk di jok paling depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Antariksa Berkelana [Completed]
Fanfic[SUDAH TERBIT] BAGIAN KEDUA 'Semesta dan rumahnya' Setelah kepergiannya, semua orang melangkah dengan kaki mereka yang patah. Terseok-seok melewati waktu yang panjang, berhenti untuk menangis, berjalan kembali dengan luka yang masih sama. Maka disin...