07

5.8K 336 4
                                    

~~ᘛ~~

Orang yang terlihat baik-baik aja belum tentu dia tidak punya masalah.

-Nauma Intan Anjani-

Sekali lagi, gue ucapin makasih karena Lo udah hadir didunia ini dan Lo udah bikin gue sadar, kalo sholawat ternyata gak seburuk yang gue kira.

-Syahla Almaira-

Rajin-rajin memperbaiki diri, minta kepada Allah, dan satu lagi. Cintailah dia karena Allah, jangan buat cinta itu malah membuat kamu terjerumus kepada dosa.

-Salma Al-Azhar-

~~ᘛ~~

Beberapa menit telah berlalu, namun raasa sesak yang menghantam dada Syahla belum juga mereda. Entah kenapa, setiap kali ia melihat suatu kebahagiaan didalam sebuah keluarga, selalu muncul rasa iri dan berakhir merenungi nasibnya yang tidak sebahagia orang-orang diluar sana.

"Syahla kamu kenapa? Maafin Kanaya ya, kalo perkataan dia ada yang bikin kamu sakit hati. Nanti aku bakalan laporin ke Umi." Novi menunjuk Kanaya.

Sontak, Kanaya melotot tak terima. "Hey, barangkali ada perbuatan Novi yang bikin kamu dongkol, kamu jangan maafin dia ya La?"

Kini giliran Novi yang akan membalas perkataannya. "He-"

"Berisik Upin Ipin! Bukan waktunya ribut!" Intan menyingkirkan kedua gadis itu dari hadapan Syahla.

"Sana pergi! Syahla butuh waktu, bukan hiburan garing dari kalian! Bukannya nenangin, malah bikin anak orang tambah kejer!" Lanjutnya.

"Ih atuh maap," Ucap Novi. "Ayo Nay." Ajaknya.

"Ayo." Kanaya dan Novi kemudian pergi meninggalkan kamar itu. {Kan tenang, batin Intan :). }

Tersisa hanya beberapa orang didalam kamar itu. "Mau cerita?" Tanya Intan pada Syahla.

Syahla menatap Intan sejenak, Intan kemudian tersenyum. Syahla memeluk tubuh Intan secara tiba-tiba membuat sang empu meringis tertahan.

"Cape In!" Ujar Syahla seraya terisak. Intan perlahan mengelus pelan punggung Syahla.

"Kenapa Ayah jahat? Kenapa Ayah pulang tanpa pamit? Apa Ayah nggak mau ngeliat gue sukses? Ayah nggak mau ngeliat gue bahagia?" Syahla semakin terisak dalam dekapan Intan. Syahla merasa sesak menghantam dadanya kala ia mengingat masa-masa remajanya yang penuh kebahagiaan. Berbeda dengan sekarang, pahitnya dewasa yang tidak pernah Syahla bayangkan sebelumnya.

Intan mengernyitkan dahinya sebelum kembali menetralkan mimik wajahnya, "Semua orangtua pasti mau ngeliat anaknya bahagia..." Intan masih setia mengelus punggung Syahla.

Syahla melepaskan pelukannya. "Tapi kalo Ayah mau ngeliat anaknya bahagia, kenapa Ayah harus pergi. Kalo kebahagiaan itu datangnya dari Ayah gimana? Berarti Ayah emang gak mau ngeliat anaknya bahagia! Ayah jahat!" Intan membiarkan Syahla menangis agar gadis itu merasa sedikit tenang.

"Kalo boleh tau, Ayah kamu-"

"Ayah pergi sebelum ngeliat kesuksesan gue. Gue pengen nunjukin kalo gue bisa dengan nasehat dan motivasi dari Ayah In! Gue pengen ngerasain lagi gimana rasanya dipeluk Ayah, digendong Ayah, diratukan sama Ayah. Gue selalu iri ngeliat kebahagiaan dan kebersamaan keluarga. Sekarang udah gak ada Ayah, Ayah udah pergi ninggalin gue. Ayah laki-laki hebat yang pernah ada dihidup gue In! Gue... Gue kangen Ayah!" Tangis Syahla semakin tidak dapat dibendung.

Azzam: Married By Promise (Revisi & End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang