39

2K 122 6
                                    

*****


Empat puluh lima hari setelah kelahiran bayi Syahla, kini keadaan Syahla sudah sangat membaik. Walaupun sempat terjadi pembengkakan di kakinya, itu sudah biasa bagi ibu melahirkan.

"Zaujati, kakinya masih sakit?" Tanya Azzam yang baru saja datang dan langsung duduk di kasur tepatnya di sebelah Syahla yang sedang menyusui bayi laki-lakinya.

Syahla menggeleng. "Mas, buat panggilan anak kita ke kita nanti, apa? Bunda ayah, papa mama, umi abi, atau yang lain?"

Azzam tampak berpikir sejenak. "Abi dan Umma, bagaimana?" Azzam meminta persetujuan.

"Boleh-boleh, wah lucunya. Gak nyangka ya, aku udah jadi Ibu aja," Syahla terkekeh.

Azzam tersenyum tipis. "Ya, anak kecil sudah punya anak kecil." Azzam mencolek hidung Syahla.

Senyum Syahla memudar karena penuturan Azzam. "Ih, enak aja anak kecil! Badan aku emang kecil tapi tenaga aku nggak ya!"

Azzam tertawa renyah. "Iya-iya. Jadi rindu tidur bersama," goda Azzam.

Syahla melirik tajam. "Ih, semua om-om anak satu emang gitu ya!? Ngegoda aja kerjaannya!"

"Semua? Ada yang lain selain Mas?"

"Iya, Om Hariz. Wajar aja sih, Tante Aliza suka marah-marah,"

Azzam terkekeh. "Pipi kamu semakin berisi. Mas tidak bisa menahan untuk—"

Cup

"Aduh sayang, maafin Umma. Abi kamu rada mesum," Syahla menutup kedua mata bayinya dengan tangannya.

Azzam yang melihat itupun kembali tertawa. Setelah beberapa saat, ia berhenti tertawa. "Hei bayi kecil, itu punya saya. Saya tidak ingin berbag—"

"Mas!!" Syahla menggeplak lengan Azzam pelan. Sang empu malah tertawa renyah.

"Curang, itu punya Mas, sayang! Anak kita kasih susu formula saja,"

"Ih, tega banget jadi bapak. Udah deh Mas, jangan ngada-ngada!" Syahla menatap Azzam galak.

Azzam menghela nafasnya dengan wajah pura-pura murung. "Hm, istri Mas sudah berpaling dari Mas."

Syahla tak menanggapi. Ia sudah tahu akal-akalan Azzam.

Pergerakan di kasur ranjang mampu mengalihkan atensi Syahla. Ia melirik Azzam yang juga sedang melirik ke arahnya dengan senyuman lebar yang menampilkan gigi rapinya. Melihat itu, tidak membuat Syahla goyah dengan pendiriannya. Dia melirik Azzam sinis, kemudian beralih kepada putra kecilnya.

"Tega sekali," gumam Azzam.

Syahla masih tidak menanggapi.

"Sayang," panggil Azzam. "Yang, alololo lolo sayang, tingting tangting tangting say—"

"Iya Mas, kenapa?" Syahla berusaha menanggapinya dengan lembut. Ah tidak, dia hanya berpura-pura lembut.

"Mas tidak tega melihat kamu melahirkan waktu itu. Jangan punya anak lagi ya?" Lho? kerasukan apa sebenarnya Azzam ini?

Syahla melirik sekilas. "Yakin?" Tanyanya.

Azzam mengangguk walau Syahla tidak melihat. "Andai saja melahirkan semudah membalikkan telapak tangan, pasti Mas membuatnya paling sedikit satu kodi,"

Mendengar itu, Syahla melirik tajam kearah Azzam.

Azzam yang melihat tatapan itu pun meneguk ludahnya samar. Kemudian meringis tertahan. "Andaikan," Azzam menjawabnya cepat untuk menyelamatkan dirinya.

Azzam: Married By Promise (Revisi & End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang