*****
HuekMasih sangat pagi sekali, bahkan Syahla baru telah melaksanakan sholat subuhnya. Penyakitnya kambuh lagi. Entah apa yang sebenarnya terjadi, Syahla sendiri pun tidak tahu. Setidaknya, setelah memuntahkan isi perutnya dia merasa lega walaupun harus merasakan lemas berkali-kali.
"Sayang! Kamu sudah sholat—astaghfirullah .." Azzam yang baru saja datang setelah sholat subuh berjamaah, segera menghampiri Syahla yang sudah berdiri lemas dengan wajah pucat dan berkeringatnya.
Azzam memapahnya dengan hati-hati. Membawanya kearah kamar dan membaringkannya. "Apa yang terjadi?"
Syahla menggelengkan kepalanya lemas.
"Tunggu sebentar, Mas akan telepon-kan dokter untuk memeriksa kamu." Ujar Azzam.
Baru akan berdiri untuk mengambil handphone, Syahla menarik tangan Azzam. "Gak usah Mas, ini penyakit biasa. Aku udah banyak ngerepotin kamu." Ujar Syahla.
Azzam tersenyum seraya menghela nafasnya. "Sayang, dengar ya. Kamu sama sekali tidak merepotkan Mas. Kamu adalah tanggungjawab Mas, istri Mas. Mas panggilkan dokter, oke?"
Syahla menghela nafasnya. "Mas, aku cuma butuh banyak istirahat. Aku ngerasain pusing terus mual, itu udah biasa buat aku kalo abis begadang." Syahla masih menolaknya.
Ah, Azzam jadi merasa bersalah. "Maaf," ucapnya penuh penyesalan.
"Mas, aku yang salah. Seharusnya aku gak mancing kamu," Syahla menahan senyumnya.
Melihat itu, Azzam pun menahan senyumnya kemudian memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Mas?" Panggil Syahla.
Azzam menoleh. "Hm?"
"Kamu salting?" Syahla malah semakin menggodanya. Siapa yang tidak salah tingkah kalau sudah seperti ini?
Rusak sudah harga diri Azzam. Azzam tidak dapat menahan senyumnya lagi. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya seraya tersenyum malu. Wajahnya bahkan sudah memerah. Dasar Syahla, istri nakal.
Mereka akhirnya sama-sama tertawa. Disaat itu juga, Syahla tiba-tiba berlari ke arah wastafel.
Huek huek
Setelah dirasa sudah mendingan, Syahla membersihkan mulutnya. "Huh, aku lemah banget ya?" Gumamnya.
"Sudah sayang?" Syahla mengangguk.
"Ayo, Mas bantu." Azzam membopong tubuh Syahla, membawanya dan membaringkannya diatas ranjang.
"Sudah sholat?" Tanya Azzam. Tangannya meraba kening Syahla yang sudah berkeringat dingin.
Syahla mengangguk lagi. Tidak mampu berkata-kata. Syahla benar-benar lemah sekarang. Tidak ada kekuatan.
"Istirahatlah, Mas akan buatkan sarapan untuk kamu. Untuk pagi ini, Mas akan meminta izin absen dulu pada Abi." Ujar Azzam seraya menarik selimut untuk menutupi tubuh Syahla.
Syahla lagi-lagi hanya mengangguk. "Maaf Mas," ucap Syahla. Lagi, dia merasa sudah membebani Azzam.
Azzam menghela nafasnya kemudian mengangguk. Tidak ingin mengatakan apa-apa lagi karena melihat Syahla yang sudah terbaring lemah. Harus berapa kali Azzam mengatakan bahwa Syahla adalah istri Azzam, bagian dari Azzam, tanggung jawab Azzam. Jadi, apa yang harus dikhawatirkan? Perasaan Azzam? Azzam memang lelah. Tetapi lebih lelah lagi ketika melihat istrinya terbaring lemah seperti ini.
***
Setelah istirahat yang cukup, Syahla akhirnya bangun dengan wajah segar. Rasa pusing yang melandanya tadi pagi, sudah mulai mereda walaupun masih ada hanya sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azzam: Married By Promise (Revisi & End)
RomanceTentang Syahla dengan perjodohan yang mengharuskannya bertemu dengan seseorang yang tak pernah ia sangka. Gus Azzam. Itu adalah gus-nya dipondok. Andaikan orang-orang tahu betapa tertekannya Syahla oleh peraturan yang dibuat kakak laki-lakinya. Alas...