37

3.4K 220 17
                                    

Part ini lebih condong ke Ali Intan, buat yg ga minat boleh skip deh. Tapi sarannya jangan deh, karena lumayan bikin baper sih. Baca aja deh hehe biar ga ketinggalan info yaaa!!

*****

Tak terasa, sudah tujuh bulan lebih usia kandungan Syahla saat ini. Berat memang perjuangan yang Syahla lewati. Selama ini, ia harus menghadapi berbagai pantangan. Ia juga harus merasakan mual setiap harinya.

Tidak untuk sekarang. Ia sudah tak lagi merasakan mualnya, tetapi kali ini beratnya. Ia seperti sedang membawa beban seberat lima kilo, setiap kali ia berjalan.

Saat ini ia sedang duduk berhadapan dengan Azzam. Syahla rindu rasanya mengaji di tuntun oleh Azzam. Dulu, sebelum ia merasakan cinta kepada Azzam, rasanya benci ketika Azzam mengoreksinya dan merasa dirinya benar. Kali ini beda rasanya, yakni jauh lebih indah.

"Wa lahmi toirim mimma yastahun—"

Azzam menggeleng-gelengkan kepalanya. "Bukan seperti itu. Dengarkan, Wa lahmi thairin mimmā yasy tahūn." Koreksinya.

"Oh, bismillahirrahmanirrahim. Wa lahmi thairin mimmā yastahun,"

"Kurang tepat sayang, sedikit lagi. Ayo, perbaiki makhrajul hurufnya sedikit-sedikit. Istri Mas pasti bisa," Azzam memberikan apresiasi. "Wa lahmi thairin mimmā yasy tahūn. Yasy, bukan Yas. Coba ulangi lagi,"

"Wa lahmi thairin mimmā yasy tahūn,"

"Mumtaz Zaujati, kamu memang cerdas."

Syahla tepuk tangan girang.

"Ayo lanjut,"

Syahla lanjut mengaji setelah mendengar aba-aba dari Azzam. "Bismillahirrahmanirrahim, wa hūrun 'in. Ka amsa—"

"Iya wa hūrun 'in." Azzam senyum seraya menatap mata Syahla dalam.

Syahla sendiri terkejut. Setahu dia, dia melafalkannya dengan tepat. Tapi kenapa Azzam menjeda-nya? Lagi, wajah Azzam tidak menampakkan bahwa dirinya salah sebut tadi.

Mata Syahla membulat sesekali berkedip, kenapa sekarang Azzam senyum-senyum sendiri? Ditambah lagi Azzam tiba-tiba menatapnya begitu dalam.

"Ke-kenapa? Salah ya?" Tanya Syahla heran.

Azzam menggeleng. "Tidak ada." Jawabnya.

"Terus? Kenapa di potong?" Syahla sedikit kesal dengan Azzam. Dia sedang serius, kenapa Azzam malah menjeda?

"Mau tau jawabannya?" Tanya Azzam balik.

Syahla mengangguk.

Azzam kemudian menunjuk tangannya di atas mushaf Al-Qur'an, tepatnya bagian terjemahan.

"Dan ada bidadari-bidadari yang bermata indah," gumam Syahla. Dia mendadak diam. Entah karena belum paham apa yang Azzam maksud, atau memang ada sesuatu lain yang mengganjal.

"Ya, bidadari yang bermata indah, ada di depan Mas." Azzam tersenyum manis.

Wah, bisa-bisa pasokan oksigen Syahla menipis.

"A-apa sih Mas," Syahla membuang wajahnya ke arah lain. Berusaha untuk tidak salah tingkah tetapi ia gagal. Ia tersenyum dengan pipi yang memerah.

Azzam tertawa pelan. "Senyum sayang, jangan ditahan." Ujarnya.

Runtuh sudah image Syahla di depan Azzam kali ini. "Kok bisa sih Mas?" Tanya Syahla seraya terkekeh salah tingkah.

"Bisa, mau lagi?" Tantang Azzam.

Azzam: Married By Promise (Revisi & End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang