35

4K 234 4
                                    

*****

"Nayanika. Dia adalah pemilik mata yang sangat Indah. Tatapan matanya setajam pedang Zulfikar. Senyum manisnya semanis buah kurma. Ketika melihatnya tersenyum, teringat firman Allah dalam surat Ar-Rahman yang berbunyi 'fabiayyi Ala irobbikuma tukadziban' nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang engkau dustakan."

"Dia adalah seorang Gus, sedangkan aku perempuan biasa. Tidak mungkin bagiku untuk bisa bersanding dengannya."

~Nauma Intan Anjani~

***

"Dia perempuan sholehah. Parasnya bukan hanya cantik tetapi juga tenang dan damai. Tidak pernah aku temui wajah sedamai dan setenang itu. Intan namanya. Arti nama itu sesuai dengan dirinya. Batu yang berkilau. Iya, dia mampu menyilaukan hatiku."

"Tidak mungkin seorang laki-laki seperti saya bersanding dengannya. Dia terlihat begitu sabar. Sedangkan saya, laki-laki yang mudah tersulut emosi, laki-laki yang egois. Mungkinkah dia mau menerima saya yang banyak kekurangannya ini?"

~Ali Fauzan Az-Zuhri~









*****


"Assalamualaikum, Bun." Azzam mencium tangan Bundanya. Baru kemarin Azzam kesini dengan Syahla, tapi sekarang sudah balik lagi? Itu yang sedikit membuat Salha heran.

"Waalaikumussalam. Loh, baru kemaren kesini, udah kesini lagi? Kenapa?" Tanya Salha.

"Oh gak boleh? Ya udah ayo balik lagi Mas—"

"Eh, bukan gitu. Maksud Bunda, baru kemaren banget kesini. Ada apa?" Perlu saja diperjelas rasanya.

"Mau maen aja sih," jawab Syahla.

"Owh, ya udah masuk yuk!" Ajak Salha.

"Disini aja Bun, adem." Ujar Syahla.

"Owh, ya udah. Bentar, Bunda panggil Abang dulu."

Didalam sana, sudah ada Ali yang sedang duduk di sofa ruang tengah. Laki-laki itu saat ini sedang duduk menonton televisi.

"Bang, ayo keluar. Ada Syahla sama Azzam diluar." Ujar Salha.

"Syahla?" Salha mengangguk.

Ali menghela nafasnya. Mau tidak mau, ia harus bertemu dengan adiknya yang super julid itu.

"Bang, apa kabar?" Dengan sok akrab-nya, Syahla menepuk bahu Ali yang baru saja duduk.

Ali yang melihat itu, memutar bola matanya. Sudah biasa dengan sifat aneh Syahla. "Ngapain kesini lagi?" Tanyanya.

"Oh iya, kebetulan ada Abang. Nih Bun, Bang. Sebenernya kedatangan kami disini itu mau nyampein kabar penting banget. Jadi, Ala mau pamer sedikit nih—"

"To the point," ujar Ali dengan wajah jengah.

"Oke, to the point nih. Eh, Mas duduk sini." Syahla sengaja mengulur-ulur waktu untuk menguji seberapa sabar seorang Ali.

"Ck, kelamaan!" Benar kan, Ali memang setipis itu kesabarannya. 

"Ih, Abang nungguin ya?"

"Kenapa Gus?" Tanya Salha langsung pada Azzam. Salha sudah tahu jawaban Syahla nantinya pasti tidak langsung kepada intinya.

"Syahla hamil," jawab Azzam singkat, padat, dan jelas. Ali menoleh dengan ekspresi sedikit terkejut. Begitupun Salha.

"Ih kamu mah, kenapa kasih tau ..." Syahla mengerucutkan bibirnya. Azzam terkekeh.

Azzam: Married By Promise (Revisi & End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang