47 (End)

2.2K 55 19
                                    


Puter dehh video-nya biar ngefeeelll akhh.

Okee bayy part ini bener-bener butuh tissue buat manusia yang suka gamyonn.



*****

Sejak hari dimana Abi mengetahui kabar meninggalnya Azzam, saat itu juga kondisinya kritis. Semakin hari semakin parah. Keadaan semakin kacau. Akan tetapi, Umi tetap berusaha tegar. Ikhlas dengan apa yang ditimpanya.

Hingga selama dua bulan setelah itu, Abi tak dapat berjuang dan akhirnya menyusul Azzam. Abi meninggal satu bulan yang lalu. Keadaan semakin menampar keluarga Umi. Warga pesantren semakin terpukul hingga saat ini.

Intan merasa iba, sampai akhirnya ia meminta izin kepada Ali untuk menemani Umi selama beberapa bulan ini. Ali pun memberinya izin.

Semenjak kepulangan Azzam, Syahla menggunakan hari-harinya untuk melamun. Sebanyak apapun kata-kata motivasi yang orang-orang lontarkan, jika bukan dari Azzam ia tak akan pernah semangat.

Namun, perlahan dan tak semudah ketika Azzam memberinya motivasi, Intan sedikit mampu membuatnya berubah. Setidaknya ia tidak melamun lagi.

"La, ayo makan. Nizam mau disuapin kamu katanya," Intan datang dengan piring di genggamannya, dan Nizam di samping kirinya.

Tak ada respon dari Syahla, Intan pun menepuk bahunya, membuat Syahla terkejut. "La, kamu janji kan, bakal lindungi dan jaga anak-anak kamu?" Ia kemudian menghela nafasnya, duduk disebelah Syahla. "Gus Azzam selalu ada di sebelah kamu, sama-sama menjaga anak-anak kalian. Dan .. satu lagi, gus Azzam selalu ada di hati kamu. Jangan khawatir, kamu akan ketemu nanti di akhirat."

Syahla menatap mata Intan. "Kalo gitu, aku mau pulang sekarang. Supaya aku cepet-cepet ketemu mas Azzam lagi,"

Intan gelagapan. Sepertinya ia salah bicara. "Oh, maksud aku kalo kamu nurutin perkataan gus Azzam, kamu pasti akan ketemu lagi nanti,"

Syahla cemberut. "Kenapa nggak sekarang?" Tanyanya.

"Kalo sekarang pun, kamu bisa ke makamnya. Kapanpun kamu kangen. Tapi, kamu nggak boleh egois. Sekarang, anak kamu mau makan disuapi kamu. Kamu turuti ya? Karena permintaan Nizam, termasuk permintaan gus Azzam juga." Intan berbicara sangat lancar dan lembut. Hingga membuat Syahla sedikit luluh.

Syahla pun melirik kearah Nizam, melihatnya sedang menggigit ibu jarinya. Ia jadi tak tega. Benar, Syahla tidak boleh egois. Masih ada seseorang yang butuh kasih sayang darinya.

Ia pun tersenyum. "Sini, Abang duduk dekat Umma." Syahla menepuk ranjang sampingnya.

Nizam menurut. Dia merasa sangat sedih ketika tahu Azzam tak lagi hidup sealam dengannya. Ia tidak bisa bermain dengan Azzam lagi, tidak bisa meminta dibelikan es krim lagi. Tapi, dia tetap ceria selagi ada orang-orang baik disekitarnya. Termasuk Umi dan Umma-nya.

"Maaf ya, Umma nangis terus. Umma nggak dengerin kata-kata Abang yang gak bolehin Umma nangis,"

Nizam mengangguk. "Gak papa Umma. Umma jangan nangis lagi, jangan sedih. Umma masih punya Abang, dan adik," Nizam tersenyum. "Kalo Abang udah besar nanti, gantian Abang yang jaga Umma. Kata kakak Intan, pahlawan Abi udah pen—pen— apa ya kak? Aku nggak inget," Nizam menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Azzam: Married By Promise (Revisi & End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang