Tentang Syahla dengan perjodohan yang mengharuskannya bertemu dengan seseorang yang tak pernah ia sangka. Gus Azzam. Itu adalah gus-nya dipondok. Andaikan orang-orang tahu betapa tertekannya Syahla oleh peraturan yang dibuat kakak laki-lakinya. Alas...
Dann, buat yg suka manusia cool yg dicintai ugal-ugalan seperti anda mengejar manusia ezz ituu bacaa "Dia, Gus Nizam."
Kalo mauu dua²nya punnn, BOLEH BANGETT SUMPAHH.
BENTAR-BENTAR, KUKASIHSPOILERR NII.
DIA, GUS NIZAM. (SPOILER BAB 3) *****
Tenang dan damai rasanya, ketika aku sudah menyelesaikan tugas rumah yang membuat kepalaku pusing tujuh keliling karena memikirkan bagaimana cara menyelesaikannya. Ingin aku tunjukkan kepada dunia bahwa aku bisa mengerjakannya! Walaupun dibantu oleh Gus Nizam, hehe.
Aku jarang mendapat peringkat tiga besar, itu karena aku pemalas. Andaikan rasa malasku tidak begitu kuat, aku pasti bisa mendapatkannya walaupun hanya peringkat ketiga. Kedua teman dekatku adalah orang yang begitu jenius dan ambisius, jadi, aku sedikit terbawa walaupun tidak terlalu banyak perubahannya. Aku merasakan perubahan itu, meskipun hanya sedikit.
Neyza, dia selalu mengambil posisi juara pertama di kelasku. Dia memang pintar dan cerdas, terutama di bidang keagamaan. Ya, wajar bagiku untuknya mendapat posisi itu, karena mayoritas pelajarannya berbau agama.
Peringkat kedua diambil oleh Zara. Ya, wajar saja Zara mendapatkan posisi itu. Dia memang rajin, walaupun otaknya sedikit lemot, tetapi ia cukup rajin untuk mengerjakan tugas.
Peringkat ketiga diambil oleh teman laki-laki-ku yang bernama Arga. Ya, dia cukup rajin dan cerdas. Tetapi tidak begitu mencolok seperti Neyza dan Zara.
Fuh, tiada habisnya jika aku menyebutkan seseorang dikelas ini satu persatu. Intinya, aku hanya mendapat peringkat lima besar. Itu sudah cukup bagiku, karena aku merupakan murid pindahan dan tidak cukup berambisi untuk menyukai mata pelajaran yang berbau agama.
Suara deheman seseorang memecahkan lamunanku. "Mm, Ca, kalau lo gak keberatan, gue mau nanya tugas matematika kemaren?" Hm, ini sudah biasa bagiku. Tepat seperti tebakanku, dia adalah Arga. Dia biasa memanggilku dengan panggilan 'Eca' karena ingin berbeda dengan orang lain.
