16

6.7K 369 0
                                    

*****

"Agus." Syahla sedang berusaha membujuk Azzam. Mereka berdua kini sedang berada di atas motor.

"Woy,"

"Bu," Azzam mengernyitkan dahinya. Sedangkan Syahla, tertawa ringan.

"Gak usah ngambek kaya gitu, jelek tau gak?!" Ujar Syahla.

Azzam masih diam menutup mulutnya. Bernafas panjang, Syahla pun kembali tak bersuara. Masa bodo dengan Azzam yang sudah cemberut didepan sana. Malas sekali ia berurusan dengan makhluk satu yang paling ia benci. Tunggu, benci dan cinta beda tipis bukan?

"Gue ngomong sama siapa sih?" Gumam Syahla. Ia pun melirik Azzam yang sedang fokus menatap depan, kemudian membuang mukanya.

Setelah hampir sampai di wilayah pesantren, Syahla melihat pemandangan sekitar dan sedikit menyipitkan matanya tepat diseberang taman belakang sana. "Intan?" Gumamnya.

"Agus, gue turun sini aja." Syahla menepuk-nepuk bahu Azzam. Tanpa ba-bi-bu Azzam memberhentikan motornya. Syahla kemudian menyalimi tangan Azzam tanpa sadar. Membuat Azzam sedikit salah tingkah.

"Eh?" Gumam Syahla setelah sadar.

"G-gue kesono ya, Lo duluan aja." Ujar Syahla. Azzam mengangguk seraya tersenyum tipis.

Gadis itupun menyebrangi jalan dan menghampiri sahabat dekatnya.

Diseberang sana, "Ya Allah, kalo aku boleh milih mau dilahirin atau enggak, aku pasti milih buat enggak lahir. Seenggak pantas itukah aku hidup?" Gumam gadis yang sedang duduk dibangku taman.

"Kak, kita tukeran aja yuk? Kayaknya kalo kakak yang hidup sampe sekarang, pasti mama gak terasa terbebani kayak adanya aku sekarang ini." Ia pun tersenyum miris.

"Sakit." Ia pun memegangi dadanya yang terasa sesak. Rasa sakit menghantam dadanya sedari tadi. Jika ia bisa menangis darah pun, mungkin sudah habis satu gelas penuh tetesan darah itu.

"Intan Lo lagi ngapain?" Syahla memanggil dari belakang.

Gadis itupun menghapus jejak air matanya. "Iya? Oh, aku gak lagi ngapa-ngapain. Cuma cari angin aja." Ujarnya seraya tersenyum paksa.

Syahla pun menghampiri Intan dan duduk disebelahnya. Intan tak berani menatap Syahla, takut-takut Syahla bisa menebak apa yang tadi ia lakukan. Akan tetapi, jangan lupakan Syahla adalah gadis cerdas dan cerdik. Licik sedikit. Ia pun menatap Intan yang sedang menatap depan.

"Lo ... gak habis nangis kan?" Intan terlihat menegang.

"Ah, enggak. Aku dari tadi cari angin Syahla. Aku gak apa-apa kok. Huh ..." Intan berusaha terlihat tenang. Ia pun pura-pura menutup matanya dan menikmati angin sore.

Tiba-tiba saja, Syahla memeluknya dari samping. Membuat Intan sedikit terkejut. "Gue siapa In?" Tanya Syahla.

"Syahla, anaknya Bunda?"

Syahla menggeleng. "Gue siapanya Lo In?" Tanya Syahla.

"Sahabat." Jawab Intan.

"Lo tau kan adanya sahabat buat apa? Apa jangan-jangan, Lo emang gak nganggep gue sahabat ya? Ah, gue gak berguna banget jadi sahab-"

Azzam: Married By Promise (Revisi & End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang