EMPAT

848 42 1
                                    

Hi! I will writing before going to boarding scholl.

Happy reading🦋

.
.
.

"ANJIR NUNGGU GEPREK KEK NUNGGU KEPASTIAN LAMA BANGET!"

"Mbak, udah belom pesanan saya? lama banget!"

"Sabar! ini pesanannya banyak," kata Mbak geprek yang tengah melayani pelanggannya yang cukup banyak.

Rara mendengus, karena pesanannya tak kunjung datang.

Rheina yang duduk di sebelahnya hanya bisa menunggu. "Sabar, Ra."

"Sabar sabar! gue udah lapar nih," protes Rara makin tak sabar.

"Sambil nunggu mending kita ghibah," ajakan sesat dari Fadya ditanggapi antusias oleh mereka. termasuk Rara, dengan ghibah itu dapat menaikan moodnya yang berantakan.

Rara mengeluarkan ponselnya lalu membuka aplikasi tik tok. "Hallo gays, jadi sekarang kita mau ghibah!"

Fadya dan Rheina melambaikan tangan ke arah kamera." kira kira apa ya, yang mau kita ghibahin?"

"Apa ya?"

"Syutt,, jangan kepo dulu, nanti kita saksikan bersama sama setelah yang satu ini, bye!" Rara mematikan ponsel, mengakhiri konten singkatnya.

"Dasar seleb!"

Rara tertawa sombong. "Iya dong!"

Rheina menepuk nepuk bahu Rara, sedangkan mata Rheina mengarah ke belakang meja mereka. "Ra.. Ra! liat kesana!" Rheina menunjuk ke meja belakang.

Rara menoleh ke belakang begitupun dengan Fadya, terlihat seorang Cowok berjas coklat nudde sedang memesan makanan. "Anjir bego itu cowo ganteng banget!" ucap Fadya heboh.

"Apa kata gue cakep banget ya Tuhan, sungguh indah ciptaanmu," kata Rheina tak kalah hebohnya.

Rara hanya tertawa remeh ketika mengetahui siapa Cowok tersebut, Ia merasa heran ke kedua sahabatnya yang beranggapan bahwa Devano si Ustaz gembel itu ganteng.

"Cakepan juga pacar gue," celutuk Rara.

"Maksud lo pacar lo si Reza?"

"Iya, emangnya kenapa?"

"Buta mata lo, pacar lo gak ada apa apanya dibanding si Mas ganteng itu."

Rara bersedekap dada. "Om om maksudnya?"

"Dia keliatan masih muda goblok!" seloroh Rheina tak terima jika Cowok yang Ia maksud sudah om om.

Fadya menyipitkan matanya seperti tengah menelisik sesuatu. " Ra, lo kenal sama Cowok itu?"

Rara menghela nafas panjang lalu menghembuskan perlahan." Sebenarnya..."

"Ini, mbak pesanannya," seorang pelayan datang membawakan makanan yang dipesan.

"Makasih."

"Sebenarnya apaan tadi?" kata Fadya, meminta kelanjutan ucapan Rara yang terpotong tadi.

"Sebenarnya dia calon suami gue, Deva Althar si Tuan Ustaz gembel."

Seketika mulut Rheina menganga lebar, sedangkan Fadya tertawa karena tak percaya dengan ucapannya.

"Beneran gue gak boong," Rara mengacungkan dua jarinya membentuk V.

"Halu lo ketinggian, Ra."

"Bener tuh kata Fadya."

Rara meraih ayam gepreknya, lebih baik makan daripada harus meyakinkan mereka. Rara terdiam beberapa saat, Ia mempunyai ide cemerlang untuk kebaikan kantongnya.

"Kalian butuh bukti? kalo dia itu beneran calon suami gue?"

Rheina dan Fadya saling pandang."Iya," Ucap mereka bersamaan.

"Tunggu bentar disini," Rara beranjak ke meja belakang, yang tak lain meja Deva.

"Assalamu'alaikum, Calon suami!" Ucap Rara cukup keras agar terdengar oleh sahabatnya.

Deva hampir tersedak minumannya ketika Rara memanggilnya dengan sebutan calon suami. "Astagfirullah, "

Rara terkekeh melihat Deva yang tersedak minumannya sendiri. "Hati hati minumnya Calon Suami, jangan nervous ketemu gue disini."

Fadya dan Rheina yang melihat keuwuan pasangan ini hanya bisa mengipas ngipasi wajah mereka karena tak kuat menahan panasnya jomblo ketika melihat keuwuan mereka.

"Dev, gue minta tolong bayarin makanan gue ama temen temen gue, soalnya gak bawa duit dompetnya ketinggalan." bisik Rara agar tak kedengaran oleh sahabatnya.

Deva kembali fokus pada makananya.

"Kalo lo gak mau bayarin, gue bisa aja ngebatalin pernikahan gembel kita." ancam Rara dengan kejamnya.

"Oke, akan saya bayar semua."

Ekspresi Rara berubah menjadi senang, selain dapat menolong kantong keringnya ini juga dapat membuktikan ke teman temannya bahwa Deva itu calon suaminya. ingat hanya calon bukan lebih.

"Omaygat, Makasih banyak calon suami baik banget mau traktir gue sama sahabat sahabat gue yang nyebelin itu," Rara melirik ke arah Fadya dan Rheina yang sedari tadi memperhatikannya.

Deva hanya menggelengkan kepala ketika tau siasat gila Cewek ini.

"Untung calon bini," Batin Deva dalam hati.

***

Untuk DevaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang