LIMA PULUH LIMA

235 9 0
                                    

Life after graduate ternyata sehampa itu, benar kata orang orang. Rara merasakan hal tersebut, hari ini tepat satu bulan setelah hari kelulusannya. Disaat teman temannya mulai sibuk mendafatarkan diri ke berbagai universitas, Rara memilih untuk gap year selama satu tahun ini. Alasannya karena ingin mempersiapkan kuliah supaya tak salah jurusan nantinya. Deva menghargai apapun keputusan Rara, selama itu perkara baik untuknya lelaki itu pasti akan mendukung dan membantu semaksimal mungkin.

"Kadang Rara tuh ada pikiran untuk kuliah ke luar negeri tau mas."

"Alasannya?"

"Ya biar dapat pengalaman keren, kalau dilihat lulusan luar negeri itu pada keren keren contohnya kek kamu mas."

Deva menunjuk dirinya sendiri, "emangnya aku keren?"

"Iya, kamu udah bisa mimpin perusahaan di usia muda terus juga seorang ustaz dan aktif di organisasi juga."

Deva mengangkat sebelah alisnya, "hmm masa sih?"

"Apaan sih kamu mas," Rara memukul lengan Deva gemas.

"Lucu banget sih kamu salting gitu."

"Ih apaan emangnya Rara salting ya orang lagi biasa aja."

Deva mendekatkan wajahnya dan memandang Rara seraya mengedipkan satu matanya.

"Mas Deva ihh ngapain sih kamu!"

Rara memalingkan wajahnya ke samping dan Deva mengikuti pergerakan Rara.

"Mas Deva ih udah!"

"Lucu tau liat kamu begini tuh bikin aku pengen gemas gemasin kamuuu."

"Mas Deva udah HUEK Uhk!"

"Sayang, kamu mual?"

Rara menutup mulutnya dan langsung beranjak ke wastafel. Deva mengambil minyak aromaterapi lantas memoleskannya ke leher belakang Rara.

"Kamu ga enak badan?"

Rara mengangguk seraya memuntahkan isi perutnya ke wastafel, "iya mas dari kemarin sebenarnya."

"Kenapa gak bilang?"

"Cuma masuk angin doang mas."

"Makanya jangan gadang terus, pokoknya malam ini kamu harus tidur lebih cepat."

Drtt...drtt...

"Sebentar ya aku angkat telpon dulu."

Deva pergi sebentar untuk mengambil ponsel diatas nakas kamarnya.

"Hallo bang, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam, iya zam."

"Boleh ke rumah sebentar?"

"Ke rumah?"
"Iya bang, Papa pengen ketemu katanya ada sesuatu yang ingin dibicarakan."

"Gak bisa ditelpon aja bicaranya?"

"Papa mau ketemu langsung bang."

"Tapi Rara lagi sakit-

"Udah mas, kamu pergi aja. Rara gak apa apa kok Cuma kurang enak badan aja." Ucap Rara yang diam diam turut mendengarkan percakapan keduanya.

"Beneran? Tapi nanti kamu sendiri ,lho."

"Gak apa apa mas, kamu pergi cuma sebentar ini."

Deva menggeleng tanda tak setuju, "aku titipin kamu ke mamah kamu dulu ya selama aku ke rumah papa."

Rara hendak membuka mulut untuk berbicara tetapi Deva menyela. "Gak ada penolakan kalau kamu nolak aku gak akan pergi."

"Hallo zam, oke gue kesana sekarang."

Untuk DevaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang