DUA PULUH DUA

402 15 0
                                    


Hello!

Masih ada yang stay kah?
Mau ngebut banget pokoknya, hehe...

Happy reading🦋

****

"Mas Deva dia siapa?"

"Dia— jangan salah paham, Ra." Deva menjauhi Shenina yang terpaku di tempat.

Terdengar suara ketukan sepatu yang berlari, ternyata petugas keamanan yang tadi mengejar ngejar Rara karena ngotot ingin bertemu dengan Deva.

"Maaf Pak, saya sudah bilang ke dia kalau bapak sedang tak ingin diganggu tapi dia malah masuk." Tatapan petugas keamanan itu mengarah pada Rara yang malah bersikap bodo amat alias tak peduli.

"Bapak nya aja yang gatau! sudah saya bilang saya itu orang spesialnya Pak Deva jadi boleh masuk kesini!" Rara tak ingin kalah adu mulut.

"Sudah, sudah... Dia boleh masuk."

Petugas keamanan itu pamit untuk meninggalkan ruangan tapi tidak dengan Shenina.

"Lo pasti mau jadi pelakor!"

Shenina mengerutkan dahi, "pelakor? maksudnya?"

"Jangan godain suami gue, mending lo godain aja om om diluar sana." Celetuk Rara seraya meraih tangan Deva agar menjauh darinya.

Deva menatap tajam ke arah Shenina, "keluar sekarang juga."

"Tapi—"

"Lo budeg atau tuli, sih? disuruh keluar juga ama atasan." Rara yang merasa greget dengan kelakuan Shenina pun berceloteh kembali.

Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun akhirnya Shenina keluar ruangan Deva.

"Ra, kamu jangan salah paham soal tad—"

"Rara tau kok mas, kalo kamu gak mungkin selingkuh." Rara mengalihkan topik pembicaraan, tangannya mengangkat sebuah tooth bag berwarna merah maroon yang berisikan makanan buatannya sendiri.

"Yaudah, lupain aja kejadian tadi. Mending kita makan! Rara sendiri yang masak, lho."

Senyuman Deva terbit, menenggelamkam kekhawatiran.

"Ayo!" Deva memacu langkah, memegang tangan Rara untuk duduk di sofa.

Rara meletakan bawaannya di meja, membuka wadah makanannya satu persatu. "Maaf kesorean, soalnya tadi belanja sama masaknya ditemani Fadya jadi yaa agak lama karena ribut dulu."

"Kata Kazama, Mas Deva kalo lembur tuh suka jarang makan siang iya sih kerjaan itu penting kalo Mas Deva gak kerja Rara gak bakal dapet uang jajan tapi kalo Mas Deva sakit gimana? kan kamu juga nanti yang gak bisa kerja, coba buka mulutnya aaaaa..." Seperti seorang ibu yang menyuapi anaknya, Rara begitu telaten menyuapi Deva.

"Enak gak?" tanya Rara dengan nada khawatir kalau makanannya tidak enak.

Deva tersenyum sembari mengunyah, "enak kok sayang."

"Masa sih, kamu bohong ya?"

Deva menggelengkan kepala, menelan  nasi goreng buatan Rara. "Kamu cobain aja," Deva kini menyuapi balik Rara.

"Enak juga ya ternyata."

"Suapin lagi dong, saya lapar belum makan dari siang." Rengek Deva seperti anak kecil.

"Katanya CEO kok kelakuannya kek bayi sih!" Rara kembali menyuapi Deva yang tampak lahap makan.

Deva tak merespon perkataan Rara, lelaki itu tampak sibuk dengan makanannya. Rara merasa senang sekaligus lega karena masakannya disukai oleh suaminya.

Untuk DevaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang