SEMBILAN BELAS

391 15 0
                                    

Hai!

Masih ada yang baca kah?

Huhu... semoga masih ada ya...

Happy reading

***

***
"Ahlan, Rara menantuku." Ummi Maryam menyambut kedatangan Rara dengan hangat. Meskipun bukan ibu kandung Deva, Ummi Maryam sudah menganggap Deva anaknya sendiri dan Rara sebagai menantunya.

"Rara doang nih yang disambut?" sindir Deva seraya mencium tangan Ummi Maryam.

"Kamu mah udah biasa," kekeh Ummi Maryam.

Rara ikut terkekeh melihat reaksi keduanya.

"Ada yang bisa Rara bantu gak Ummi?" tanya Rara menawarkan diri karena melihat keadaan rumah yang sepertinya tengah sibuk menyiapkan acara.

"Tidak usah, nak biarkan kami saja. "

"Biarkan dia membantu Ummi  supaya kenal juga dengan yang lainnya, bukankah begitu baby?" Deva melirik ke arah Rara dengan tatapan genit membuat Cewek itu gemas sendiri dengan mencubit perut Deva.

"Aw! sakit saya—"
Buru buru Rara membungkam mulut Deva agar tak mengucapkan panggilan khusus di hadapan mertuanya, terlebih lagi sekarang ini tengah ramai orang.

"Iya Ummi, Mas Deva benar. Rara ingin membantu supaya lebih akrab juga dengan yang lainnya."

"Yasudah, Ummi izinkan tadinya ummi takut kalau kamu kecapean apalagi tadi kata Deva kami habis sop— sop apa ya tadi Deva bilang."

"Sop buntut," Deva malah menjawabnya dengan lelucon.

"Ih itu mah makanan, Ummi juga tau."

"Maksud mas Deva shoping mi."

"Nah itu maksud Ummi tuh syooping yang belanja belanja itu bukan sop buntut itu mah makanan." Cerpcos Ummi Maryam membuat Rara terkekeh, Ia memaklumi mungkin mertuanya ini lebih sering di majelis daripada di mall jadi agak asing istilah seperti itu.

"Mas Deva lagi lapar kali makanya ngomongin makanan."

"Iya saya lagi lapar, pengen makan masakan kamu." Deva memberi kode pada istri kecilnya itu.

"Yaudah mau dimasakin apa?"

"Nasi goreng, baby."

"Gak ada nasi goreng baby adanya nasi goreng telor mata sapi."

Deva gemas sendiri dengan Rara, Ia mencubit pelan pipinya.

"Yaudah saya mau nasi goreng pake CINTA titik!" kata Deva dengan menekankan kata cinta.

"Ish jangan gombal disini, banyak orang ngeliatin malu!" Rara sedikit kesal pada suaminya hingga mencubit pelan perut Deva.

"Aw!"

"Yaudah Mi, ayo kita ke dapur mas Deva tunggu aja di meja makan."

Rara menggandeng tangan Ummi Maryam layaknya bestie sendiri ke dapur. Sementara itu Deva tersenyum tipis melihatnya.

***

"Mbak tolong bantu yang disana dulu— Eh mbak santri baru ya disini?"

Rara yang tengah memotong bawang untuk membuat nasi goreng  pun tersenyum ke arah cewek berhijab hitam panjang.

"Saya bukan santri disini. Saya- saya istrinya mas Deva." Rara sedikit ragu ketika mengatakan bahwa dirinya adalah pendamping hidup Deva.

"Istrinya Ustaz Deva?" ulangnya memastikan. Ada sedikit keraguan karena penampilan Rara yang memakai pashmina cream diikat ke belakang itu seperti tak mencerminkan bahwa dirinya adalah seorang isteri dari Ustaz muda di pesantren ini.

Untuk DevaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang