EMPAT PULUH TIGA

253 9 0
                                    


Hello everyone!
Masih ada yang stay kah?

Langsung aja yaa

Happy reading🦋

****

Sore itu di tengah rintikan hujan yang mulai mereda di bawah rindangnya pohon beringin yang meneduhinya. Avicenna mulai menceritakan kepada Rara dan Deva mengenai kedekatannya dengan Risa Mahardika- kakaknya Rara. Selama ini Avicenna merahasiakan semuanya tentang Risa, lelaki itu tak membiarkan semua orang tahu mengenai perasaannya termasuk kepada Deva sekalipun.

Rara sangat tertegun setelah mendengar pernyataan bahwa selama dua tahun ke belakang diam diam Risa mengalami sakit cukup serius yaitu chronic kidney disease atau gagal ginjal kronis, Risa menyembunyikan penyakitnya dengan rapi sehingga tak ada satu pun sanak keluarga yang tahu mengenai penyakitnya. Yang Rara ingat bahwa selama dua tahun ke belakang itu Risa memang sering pulang agak malam dengan alasan tugas dan kajian di majelis ta'lim. Dari pihak keluarga tak ada yang menaruh curiga terlebih karena mereka percaya jika Risa adalah sosok yang alim dan tak mungkin akan melakukan hal yang negatif.

Itulah awal mula kedekatan Risa dan Avicenna, karena dokter muda itu yang menangani Risa selama masa pengobatan. Sebenarnya Avicenna sangat ingin memberi tahu kan hal ini kepada keluarga Risa tetapi gadis itu melarangnya dan mengatakan bahwa kondisi ekonominya sedang memburuk terlebih lagi untuk membiayai sekolah Rara yang non- beasiswa dan mempersiapkan biaya kuliah adiknya nanti. Risa juga mengancam Avicenna jika dokter muda itu nekat memberi tahu maka dia akan berhenti berobat. Untuk membiayai pengobatannya Risa diam diam mencari pekerjaan sampingan dengan menjadi guru mengaji sore dan berjualan pakaian secara online.

Melihat struggle Risa yang amat sangat luar biasa itu membuat Avicenna turut membantu setengah biaya pengobatan Risa tanpa sepengetahuannya.

Avicenna adalah sosok lelaki yang tak mudah jatuh cinta kepada seorang perempuan, tetapi jika dipertemukan dengan sosok perempuan lembut nan cantik luar dalam seperti Risa hati lelaki mana yang tak akan tertambat dengannya? Karena sedingin apapun es, ia akan mencair jika bertemu dengan mataharinya.

Alasan lain mengapa Avicenna merahasiakan ini semua dari Deva, karena suatu hari Risa sempat menangis di hadapannya dan ketika ditanya apa yang membuat dia menangis ternyata karena gadis itu dijodohkan oleh orang tuanya dengan seorang ustaz dan pengusaha muda yang tak lain adalah Deva Althar. Perasaan sedih dan bahagia bercampur kala itu, Avicenna merasa sedih akan perjodohan Risa dan Deva.

Terlebih lagi lelaki yang dijodohkan dengan Risa adalah Deva- sosok yang sangat dekat dengannya, sempat kecewa dan bertanya tanya pada Tuhan mengapa dari 'sekian banyaknya lelaki di muka bumi ini, kenapa harus Deva yang dijodohkan dengan gadis idamannya?'

Namun, disisi lain Avicenna mulai merenung dan perlahan turut bahagia karena ternyata selama ini perasaannya tak bertepuk sebelah tangan dengan menangisnya Risa di hadapan lelaki itu menandakan jika ada perasaan tak rela jika kedekatan mereka harus merenggang.

Tetapi, tetap saja. Cinta tak bisa dipaksakan, kenyamanan juga memilih akan memilih tempat. Jika Avicenna adalah cinta kedua bagi Risa setelah ayahnya, apakah masih ada alasan lain untuk tak menangis jika semesta menyuruhnya untuk menghapus cintanya dan meninggalkan Avicenna secara tiba tiba?

Seperti bumi yang berotasi, begitu pun dengan alur takdir. Siapa sangka selang beberapa waktu kemudian Risa mengalami kecelakaan dan berakhir harus segera dioperasi, lagi lagi Avicenna sendiri yang mengoperasi gadis yang dicintainya itu. Lelaki itu benar benar sudah mengerahkan segala usahanya untuk menyelamatkan Risa, namun karena penyakit parah juga yang menggerogoti tubuhnya sehingga Risa tak terselamatan.

Dan itu adalah bagian paling menyedihkan dalam hidupnya. Jika disuguhkan pilihan Avicenna akan lebih memilih Risa bahagia dengan lelaki lain dibandingkan harus kehilangan gadis itu selamanya.

Usai mendengarkan itu semua, Rara menundukan kepala dengan mata berkaca kaca. Tak terasa air mata menetas lepas ke tanah karena posisinya yang menunduk. Deva menenangkan Rara dengan mengusap lembut punggungnya.

Deva menatap Avicenna dengan tatapan serius, "apa kamu sadar kalau ini bukan masalah sepele yang bisa dipendam sendiri?" ucap Deva formal tapi terdengar menakutkan.

"Maaf, bang." Hanya kalimat singkat itu yang mampu terucap dari lisan Avicenna.

"Saya menghargai privacy kamu tapi jika itu berakibat fatal pada mental dan kesehatanmu apa masih pantas jika saya masih tak tahu tentang hal itu?" aura tegas Deva sebagai ketua sangat kental membuat lawan bicara takluk terhadapnya.

"Jika kamu masih merasa segan dengan saya kamu bisa menceritakannya pada member lain, tapi apa tak terasa aneh jika kamu masih merasa sungkan sedangkan kita sudah seperti keluarga selama bertahun tahun lamanya?"

Avicenna menggeleng cepat, tentu bukan seperti itu maksudnya. "Saya tak enak hati karena bagaimana pun Risa adalah gadis yang hampir akan menjadi calonmu." Ucap Avicenna yang membuat Rara dan Deva seketika terdiam, terlebih Rara gadis itu sedikit memalingkan wajah karena terbakar api cemburu.

"Bagaimana kamu tahu jika saya punya perasaan terhadapnya? Perjodohan itu di luar kendali saya, tapi yang perlu kamu ketahui adalah bahwa gadis yang pertama kali memikat hati saya kala itu adalah Rara bukan Risa."

Rara dan Avicenna tertegun, perlahan senyuman merekah di sudut bibir Rara. Karena sebenarnya hal ini sudah pernah dibahas oleh Deva berulang kali, namun entah mengapa jika ada orang lain yang membahas kembali tentang perjodohan awal Deva dan Risa tetap saja Rara terbakar api cemburu. Gadis itu akan merasa menjadi second choice jika terus mengingatnya.

"Jadi selama ini dokter sendiri yang menanggung setengah biaya pengobatan kak Risa?" tanya Rara mengalihkan topik.

Avicenna mengangguk, "benar."

"Jadi berapa total keseluruhannya, dok? Emm Mas Deva – uang dari mahar satu milyar itu masih ada sisanya kan? Rara mau pakai uang itu untuk mengganti biaya pengobatan kak Risa."

Baik Avicenna ataupun Deva keduanya saling terkejut mendengarnya.

"Sayang, gak usah pakai uang itu. Nanti aku akan bayarkan semua."

"Enggak gitu mas, Kak Risa kan udah berusaha keras untuk meringankan beban sekolah Rara waktu itu sekarang Rara yang harus mengganti biaya pengobatannya pakai uang yang udah jadi milik Rara pribadi bukan uang kamu."

"Raa, uang aku uang kamu juga gak ada namanya uang pribadi."

"Saya gak perlu uang itu kembali, saya ikhlas membantu Risa." Kata Avicenna dengan sungguh sungguh.

"Kalau begitu saya juga ikhlas untuk membayar ganti pengobatannya," Deva membalikan kalimatnya.

"Saya gak butuh uang itu jadi kalian gak perlu mengembalikan uang itu karena-"

"Karena apa?" tanya Rara penasaran.

"...."

"Karena itu gak akan membuat Risa kembali. Dan selamanya uang gak akan bisa membuat Risa hidup kembali."

***

Thankyouuu yang udah baca sampe bab ini 🤩 semoga masih pada suma yaaa.

Vote + komennya jangan lupaaa


With love🤍

"Hallo, dok?" 😭Peluk jauh untuk dokter satu ini🫂🥹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hallo, dok?" 😭
Peluk jauh untuk dokter satu ini🫂🥹

Untuk DevaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang