Empat puluh dua

226 10 0
                                    

Hello everyone!

Masih ada yang stay kah?
Huhuu, semoga masih ada yaaa

Happy reading🦋

*****

"Tadi Avicenna itu kenapa mas?"

"Entah Ra, aku juga baru lihat dia kayak gitu."

Rara menatap lurus jalanan dengan tatapan hampa karena memikirkan sesuatu. Deva yang tengah menyetir bisa melihat dari sudut matanya bahwa gadis itu tengah melamun.

"Hei, kok melamun?" Deva mencolek dagu Rara membuat gadis itu menoleh.

"Jangan terlalu dipikirin sayang. Tadi kan sudah ditangani sama dokter lain pasti dia baik baik aja."

"Semoga begitu."

"Sini, Ra." Deva menepuk bahunya dengan satu tangan menyuruh agar Rara bersandar di bahunya.

Dengan senang hati Rara menyenderkan kepalanya di bahu lebar Deva sembari mencari posisi nyaman.

"Rara Cuma takut kalau diam diam dia punya trauma buruk kayak kamu mas."

Deva menghela nafas, satu tangannya terulur membelai kepala Rara. "In syaaAllah, enggak sayang."

"Avicenna udah pernah nikah mas?"

"Belum lah, bahkan dari dulu aku belum pernah dengar dia dekat dengan seorang perempuan."

"Masa sih? seriusan kamu?"

"Iya Ra, ngapain aku bohong."

Rara menautkan alisnya bingung, "tapi tadi dia nyebut nama cewek gitu, mas."

"Siapa namanya? Kali aja aku kenal."

"Namanya-"

Drtttt...drtttt....

Hp Rara berdering, sebuah panggilan masuk.

"Assalamu'alaikum mah."

"RARA GIMANA KABAR MENANTU MAMA!"

Rara sampai refleks menjauhkan Hp dari telinganya karena suara sang ibunda sangat menggelegar.

"Astagfirullah, mah. Orang mah jawab dulu salamnya."

"Iya iya, Wa'alaikumsalam terus gimana kabar menantu kesayangan mama? Masih sakit gak? Emangnya kamu apain sampai suami kamu masuk rumah sakit gitu?"

"Astagfirullah, jangan suudzon gitu mah gak boleh tau bener kan mas ustaz?" Rara melirik Deva yang tengah menahan tawa seraya menyetir.

"Mas Deva insyaaAllah udah membaik sekarang kita lagi dalam perjalanan pulang."

"Alhamdulillah syukur kalau begitu, mama udah syok karena sampai masuk rumah sakit gitu."

Deva memberikan kode pada Rara agar Hpnya didekatkan ke arahnya.

"Saya gak apa apa mah, tenang aja gak perlu khawatir."

"Alhamdulillah, syukurlah kalau begitu."

"Tuh dengar kan mah? Mas Deva baik baik aja." Sela Rara di tengah pembicaraan keduanya.

"Iya untungnya belum gak terlalu parah kalau sampai parah awas aja kamu ya."

"Jadi ini sebenarnya yang jadi anak mama tuh Rara atau mas Deva?"

"Ya kamu atuh, tapi Deva juga udah mama anggap sebagai menantu plus anak sendiri."

Deva terkekeh mendengar penuturan ibu mertuanya.

"Ehm, mama... Rara mau ngasih tau sesuat-"

"MAH SARAPAN UDAH SIAP BELUM?" tanya Mahardika dari balik sana.

Untuk DevaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang