DUA PULUH

420 20 0
                                    

Hello!

Gak nyangka sejauh ini masih ada yang baca😭

Mau kebut Up pokonya semoga liburan kali ini kekejar.

Happy Reading🦋

****

"Kami pamit dulu ya Ummi."

Ummi Maryam nampak sedikit keberatan "Eh kok pulang sih, nginep aja."

"Awalnya saya juga pengen nginep tapi Rara pengen pulang katanya biar kita bisa berduaan di ru—Aw!" ucapan Deva terpotong karena mendapat injakan dari Rara.

"Maksud Mas Deva, besok Rara harus sekolah jadi gak bisa nginep."

"Kalau begitu, berangkatnya dari sini aja besok pagi pagi."

Otak Rara bekerja keras untuk terus mengelak "Ada tugas, Mi. Rara gak bawa catatannya kesini jadi harus pulang."

"Sayang, bukannya kemarin malam—" ucapan Deva terpotong oleh Rara yang tak memberinya kesempatan berbicara.

"Yaudah kita pamit dulu ya Mi, Assalamualaikum." Rara menyalami Ummi Maryam yang diikuti oleh Deva . Kedua berjalan menuju mobil bersiap untuk pulang, Sembari berjalan Deva mencoba untuk menggenggam tangan Rara namun ditolak olehnya.

"Gak usah pegang pegang!" ketus Rara sebelum masuk ke dalam mobil. Sementara itu Deva terdiam sejenak didepan mobil memperhatikan istri kecilnya itu, kenapa tiba tiba dia seperti itu, apa salah saya?

"Mas ayo buruan masuk!"

****

"Ra, kamu kenapa?"

"Gak kenapa napa! Rara mau ngerjain tugas besok dikumpulin." Rara duduk di meja belajarnya usai mengganti pakaiannya terlebih dahulu.

"Gak usah bohong, saya tau tugasnya udah selesai kan saya sendiri yang bantuin kamu kemarin malam."

Rara merenggut ketika tiba tiba Deva menutup buku pelajarannya dan beralih memegang tengkuknya menggunakan kedua telapak tangannya yang kekar, membuat gadis itu mendongak menatap ke arahnya.

"Saya tanya kamu kenapa? dari tadi kamu marah marah gak jelas."

"Apaan sih, lepasin!" Rara  menghempaskan kedua tangan Deva, tapi cowok itu malah beralih memegang pundaknya membuatnya geli, Rara cukup sensitif jika area tersebut dipegang.

"Geli, ih!"
Bukannya berhenti Deva malah semakin menggelitikinya membuat Rara tertawa kegelian.

"Cerita gak?"

"Cerita apa? cerita dongeng?"

Deva berhenti menggelitikinya, Rara terengah engah mengatur nafasnya setelah tertawa geli.

"Cerita kenapa kamu hari ini? saya punya salah apa sampai kamu marah marah terus."

Bukannya menjawab, Rara malah menertawakan raut muka Deva yang nampak lucu ketika serius.

"Kok malah ketawa sih? saya nanya, Ra."

"Mas Deva lucu mukanya kalo lagi serius, gak kebayang kalo lagi di kantor gimana ya ekspresinya pasti lebih serius dari ini."

"Ouh jadi kamu menertawakan Tuan muda ini? oke akan saya beri pelajaran buat kamu," Deva mengangkat tangannya bersiap untuk menggelitikinya membuat Rara reflek mundur beberapa langkah.

"Ampun Tuan muda, iya Rara janji mau cerita." Rara mengangkat kedua telapak tangannya.

"Baiklah, Tuan muda  siap mendengarkan cerita nyonya muda. Silakan duduk disana,nyonya." Deva membungkuk lantas menunjuk ke arah sofa.

Untuk DevaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang