LIMA PULUH TIGA

183 9 0
                                    

Esok adalah hari kelulusan, sebuah momentum yang dinantikan oleh banyak siswa untuk mengakhiri masa putih abu mereka. Rara tak bisa tertidur dengan tenang, gadis itu memikirkan apakah dirinya lulus atau tidak? Apakah nilainya akan sesuai dengan harapan? Pertanyaan pertanyaan seperti itulah yang cukup menganggu pikirannya ditambah lagi dengan Deva yang tampak sedang sibuk bekerja di depan laptop sehingga tak menyadari akan kegelisahan Rara malam ini. Padahal di saat seperti ini gadis itu ingin sekali menceritakan keluh kesahnya pada Deva.

Rara memberanikan diri untuk mendekat ke Deva, "mas Deva..."

"Hmm." Deva tampak masih fokus dengan laptopnya bahkan lelaki itu tak menengok ke arah Rara sama sekali.

Menerima respon seperti itu membuat Rara sedikit kesal karena terabaikan. Rara menarik ujung baju Deva berkali kali, awalnya Deva abaikan namun untuk kesekian kalinya akhirnya lelaki itu merespon meski dengan tarikan nafas panjang terlebih dahulu.

"Ada apa sayang, baby, cinta cantikku? Hmm?" mau apa?" Deva sampai memegang pipi Rara dengan kedua tangan saking gemasnya.

"Ayo tidur..." pinta Rara dengan manja.

"Sepuluh menit lagi ya sayang, sabar..."

Wajah Rara cemberut, gadis itu mengerucutkan bibir yang membuat Deva sangat gemas dengannya. "Lama banget! Gak bisa dipercepat?"

"Ini penting sayang... Kalau gak dikerjakan sekarang nanti kamu gak bisa dapat uang jajan."

Rara memukul dada Deva dengan kesal, "ish! Kamu mah suka gitu ngomongnya apa apa selalu dikaitkan sama uang jajan! Iya tahu kalau kamu gak kerja ya Rara gak dapat uang jajan tapi gak selalu gini juga nyebelin tahu kamu tuh mas!"

Deva terkekeh melihat ekspresi Rara yang sedang kesal, "iya iya. Aku minta maaf yaudah gimana kalau gini aja sambil nunggu aku selesai kamu pakai skincare dulu kamu pasti belum pakai skincare malam kan?"

Rara menggeleng, disaat gelisah seperti ini gadis itu tak ingat dengan rutinitas semacam itu. "Ouh iya, kemarin terakhir pakai skincare malamnya udah habis."

"Ada. Udah aku belikan tadi pas pulang kerja, semua jenisnya sama kayak sebelumnya."

Mata Rara langsung berbinar dan senyumannya turut mengembang. "Yeay! Makasih banyak mas Deva!"

"Makasih doang nih?"

"Terus?"

Deva menunjuk ke arah pipinya sendiri, memberikan sebuah kode.

Rara paham, gadis itu tersipu malu.

"Mana?"

CUP!

Deva terdiam setelahnya, meski bukan yang pertama kali rasanya seperti baru pertama kali gadis itu melakukannya. Rara memalingkan wajahnya karena tersipu malu, Deva menarik gadis itu agar kembali mendekat dan menangkupkan wajahnya.

Deva memandangi wajah Rara dengan tatapan yang penuh kasih sayang, "I love you all my life."

"Love you too."

"...."

"Forever."

Untuk DevaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang