Seminggu terakhir ini Rara sudah bertarung dengan berbagai ujian sekolah. Hari ini ujian terakhirnya sebelum hari kelulusan tiba ekspresi Rara tampak bahagia dan lega karena telah menyelesaikan berbagai ujian sekolah ditambah Deva mengajaknya untuk pergi ke sebuah tempat. Berulang kali Rara menanyakan dimana tempat yang akan mereka kunjungi tetapi Deva tak menjawabnya lelaki itu merahasiakan tempatnya.
"Kamu siap siap aja kita berangkat sekarang."
"Hah! Sekarang?"
Deva dengan entengnya mengangguk, "iya sayang."
"Kamu mau pakai baju warna apa?" tanya Rara.
"Cream."
"Yah, baju cream Rara kotor mas gimana dong."
"Pakai aja warna lain."
Rara menggeleng, gadis itu ingin memakai pakaian couple nantinya.
"Ouh gini aja deh, Rara pakai baju hitam tapi warna kerudungnya samaan sama baju kamu mas."
Deva mengangguk saja, "iya baby terserah mau pakai baju apapun kamu pasti cantik."
"Hehe, emang cantik." Ujar Rara sebelum memasuki kamar.
****
"Eh, aku belum nanya sesuatu hari ini?"
"Tanya apa?"
"Gimana keadaan kamu hari ini? Senang atau bahagia?"
Pipi Rara mengembung karena Deva memberikan pilihan yang maknanya sama saja.
"Senang dan bahagia itu sama aja emangnya gak ada pilihan lain?"
Deva nyengir sembari kembali fokus menyetir, "kelihatannya kamu gak lagi sedih kan?"
"Gimana mau sedih kalau sumber bahagianya ada disini," goda Rara.
"Sumber bahagia yang kamu maksud siapa sih? aku penasaran?"
Rara mengetuk ngetuk dagunya dengan jari, "hmm... Siapa ya? Ada pokoknya."
"Siapa hmm, jadi ada orang ketiga nih?"
"Kalau ada emangnya kenapa?" balas Rara dengan nada menantang.
"Kalau ada nanti bakal aku hajaaarr...."
"Mas ih geli... ampun!"
"Mas...ih udah haha...iya iya ampunn."
Deva berhenti menggelitiki Rara dan kembali fokus menyetir.
"Mau lagi?"
Rara menggeleng dengan sisa tawanya, "gak udah... capek."
"Makanya jangan ngomong yang aneh aneh."
"Kalau keceplosan gimana?"
"Ada bayarannya."
"Bayar pakai apa? Kan uang Rara di ATM kamu semua."
"Gak pakai uang."
Rara menautkan alisnya dengan lucu, "terus pakai apa?"
"Pakai ini," Deva memberikan kode dengan menunjuk pipinya.
"Hah? Maksudnya apa?" Rara terkejut dan pura pura tak mengerti.
"Mau aku praktekin?"
"Ih jangan! Kamu kan lagi nyetir."
"Bisa berhenti dulu," balas Deva dengan gamblangnya.
"Ngaco deh kamu! Lagi di tol juga."
"Yaudah sini ma-
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Devara
Teen FictionIni bukan kisah tentang anak gang motor dengan gadis polos. Bukan kisah seorang Gus yang di jodohkan dengan Ning yang sholehah. Kisah ini untuk Devara.... Allah telah merangkai alur menulisnya dengan qolam di atas lembaran kertas takdir. Devara...