Hai guys!
Masih ada yang stay kah? Maaf ya kemarin gak up dulu, hehe....
Langsung aja
Happy reading🦋
****
"Mas,, Rara bisa jelas-"
"Diam Ra, saya lagi fokus nyetir."
"Mas please, kasih Rara kesempatan buat jelasin dulu."
"Sudah saya bilang tadi, kita selesaikan semuanya di rumah bukan di mobil paham?"
Rara mengangguk lesu, jarang sekali seorang Deva memperlihatkan kekesalannya. Deva mendesah pelan seraya beristigfar, tatapannya fokus pada jalanan tanpa melirik ke arah Rara.
Rara mengalihkan pandangannya ke jalanan menatap kosong pemandangan sekitar kota. Meski begitu, gadis itu tetap memberikan sejumlah uang pada orang jalanan ketika berhenti di lampu merah.
"Terima kasih mbak, semoga hubungan rumah tangga nya baik baik saja dan menjadi sakinah mawaddah warahmah."
Rara melirik sejenak ke arah Deva ketika seorang pengemis mendoakannya, Deva pun begitu lelaki tersebut melirik ke arah Rara sejenak tatapan keduanya saling beradu.
"Aamiin , sehat sehat ya bu semoga bermanfaat."
Sesampainya di rumah Deva masih tak berkata sepatah kata pun, hal itu tentu saja membuat Rara semakin bingung dan pusing.
"Mas, Rara mau jelasin sekarang."
Deva melonggarkan dasinya lantas melemparnya sembarang, "bersihkan diri kamu dulu dan ganti pakaian setelah itu baru kita obrolkan."
"Sampai kapan sih mas? Kamu bakal mengulur waktu terus?"
Deva menatapnya lekat membuat jantung Rara memompa darah dengan begitu cepat, "bersihkan badan kamu terlebih dahulu supaya lebih nyaman."
Rara akhirnya mengangguk, mungkin tujuan Deva supaya mereka membincangkan masalah dengan tubuh dan pikiran yang lebih fresh.
Sembari menunggu Rara selesai mandi, Deva menyiapkan makan siang dengan memindahkan ayam geprek yang dibelinya tadi ke piring tak lupa lelaki itu memanaskan nasi supaya lebih hangat dan nikmat.
Dalam kondisi kesal dan marah seperti ini pun Deva tetap memperhatikkan hal kecil semacam ini, sebenarnya Deva tadi ingin memarahi istrinya karena tiba tiba bolos tanpa alasan yang jelas dan yang membuat Ia bingung mengapa Kazama ikut membantu Rara untuk bolos sekolah.
"Ra, turun makan dulu!" teriak Deva dari ruang makan.
Tak kunjung mendapatkan jawaban, Deva pergi ke kamar. Ternyata Rara tengah terduduk diam diatas ranjang setelah mandi dan berganti pakaian.
"Ayo makan dulu," ajak Deva menarik lengan Rara.
Rara menarik kembali tangannya, "jangan mengulur waktu terus mas! Apa susahnya dengerin penjela-hiks." Kalimatnya terpotong karena gadis itu menahan isak tangis.
"Jangan nangis Ra, saya cuma gak mau perut kamu kosong."
" Kalau gini caranya mending gak usah dijelaskan sekalian." Rara malah merajuk karena terlanjur kesal.
Deva beranjak duduk di sebelah Rara mengelus lembut kedua pundaknya, "jelaskan sekarang tanpa ada yang ditutupi." Ucap Deva dengan tatapan serius dan datar.
Rara tertunduk dalam, "Ra- ra yang maksa Kazama buat jemput pas jam istirahat."
Netra Deva menatap tangan Rara yang memerah akibat cengkraman kuat, Rara mengikuti arah pandang mata Deva dengan segera gadis itu menyembunyikan tangannya ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Devara
Teen FictionIni bukan kisah tentang anak gang motor dengan gadis polos. Bukan kisah seorang Gus yang di jodohkan dengan Ning yang sholehah. Kisah ini untuk Devara.... Allah telah merangkai alur menulisnya dengan qolam di atas lembaran kertas takdir. Devara...