Hello guys!
Masih ada yang stay kah sampai part ini?Maaf yaa kelamaan up nya
Happy reading🦋
.
.
.
.****
"Ampun pah!!!"
"Ja-ngan pah ampun pah!!!"
"Pah to-long."
Rara terbangun akibat suara erangan Deva, lelaki itu terus meraung meminta tolong dengan keadaan mata masih terpejam.
"Mas Deva? Bangun mas? Mas Deva kok badannya panas banget." Rara menempelkan telapak tangan pada dahi suaminya.
"Mas Deva bangun mas!"
"Ra..." Panggil Deva dengan keadaan mata terpejam.
"Iya mas ada apa? Rara disini," Rara menggenggam tangan Deva yang terasa dingin dan agak lembab.
Karena merasakan sentuhan di tangannya Deva perlahan membuka matanya, "kamu kok gak ti-dur?" ucap Deva dengan terbata karena suhu tubuhnya naik.
"Mas Deva kita ke rumah sakit sekarang ya, badan kamu panas banget detak nadi kamu juga kencang banget."
Melihat raut wajah Rara yang cemas membuat Deva tersenyum, lelaki itu hendak mengangkat kepalanya namun terasa sangat berat. "Ssst aw!"
"Mas Deva pasti kambuh lagi mending kita ke rumah sakit Rara mau telpon dokter Elsa dulu."
Deva terkekeh pelan ketika di saat cemas seperti ini Rara memanggil Avicenna dengan sebutan dokter Elsa.
"Kasian dokter Elsa pasti sedang istirahat," ujar Deva pelan karena tubuhnya terasa sangat lemas.
"Ya berarti harus bangun lah demi pasiennya," Rara beranjak turun dari ranjangnya untuk mencari Hp di sekitaran nakas.
"Sayang sini... Jangan pergi." Racau Deva.
Rara tak menghiraukan ocehan Deva yang memintanya untuk tidur kembali, gadis itu mencoba menghubungi Avicenna beberapa kali namun tak kunjung diangkat lalu Rara mencoba mengubungi Kazama.
"Assalamua'laikum, Zam!"
"Waalaikumussalam iya Ra ada apa." Jawab Kazama dari ujung sana.
Rara menghela nafas lega karena akhirnya panggilannya terjawab.
"B-bisa kesini gak? Mas Deva sakitnya kam-buh lagi." Ucap Rara dengan terisak diujung kalimatnya.
"Apa Ra? Ngomong yang jelas coba."
Rara mengusap air mata sebelum melanjutkan, "mas Deva sakit Zam! Cepat kesini!"
"Hah? Sakit? Sejak kapan?"
"Buruan Zam! Gue gak punya waktu buat jelasin sekarang hiks-"
"Oke oke gue kesana sekarang lo tenangin diri dulu jangan nangis."
Rara mengangguk seolah olah Kazama berada di hadapannya.
"Cepatan Zam, gue khawatir mas Deva kenapa napa." Desak Rara.
"Iya Ra, gue kesana."
TUT!
Rara kembali duduk di tepi ranjang, menatap sedih ke arah suaminya yang terus meracau tak jelas.
"Pa-pa nyakitin kamu gak?" tanya Deva secara tiba tiba.
"Mas kamu ngomong apa sih?"
Dengan gerakan pelan Deva mengusap pergelangan tangan Rara yang masih lebam akibat cengkraman kuat David kemarin, "ini pasti sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Devara
Teen FictionIni bukan kisah tentang anak gang motor dengan gadis polos. Bukan kisah seorang Gus yang di jodohkan dengan Ning yang sholehah. Kisah ini untuk Devara.... Allah telah merangkai alur menulisnya dengan qolam di atas lembaran kertas takdir. Devara...