22. Istirahat

964 104 12
                                    

Aku ingin menjadi tuli dan tak mendengarkan semua ucapan dokter tentang kondisimu, tapi menjadi tuli pun takkan mengubah kenyataan yang ada - Tay Tawan Vihokratana.

*

*

Setelah menjalani rawat inap selama satu malam, akhirnya New diperbolehkan pulang dari rumah sakit dan kini dalam perjalanan menuju apartemennya.

New menoleh ke arah Tay yang kini sedang menyetir mobil.

New mengerutkan keningnya bingung saat melihat Tay yang sejak kemarin mejadi banyak diam. Mata Tay juga terlihat bengkak, Tay pun terlihat tak memiliki semangat.

Seperti sekarang, Tay terlihat menatap ke depan, namun pandangannya seperti kosong.

New yang melihat itu pun menghela nafasnya dan memegang tangan Tay.

"Te?" Panggil New pelan.

Tay langsung menoleh ke arah New, "hm?"

"Kamu gapapa? Apa ada yang mengganggu pikiran kamu?" Tanya New dengan sangat hati-hati.

Tay kembali menatap lurus ke depan dan mencoba untuk tersenyum.

"Aku gapapa, gak ada apa-apa kok," jawab Tay.

"Jangan bohong, kamu keliatan gak semangat. Mata kamu juga bengkak banget, kenapa?" New menatap Tay lekat-lekat.

Tay menoleh ke arah New sebentar, lalu kembali menatap ke depannya karna ia sedang menyetir.

"Aku gapapa, Hin. Ini mata aku bengkak karna kemarin begadang," balas Tay.

New yang mendengar itu pun menghela nafasnya panjang, New tahu jika Tay sedang berbohong.

"Te, apa kamu gini karna aku?"

"Kenapa karna kamu?" Tanya Tay balik.

"Aku tau kamu pasti mikirin aku kan? Kamu gini karna khawatir sama aku?"

"Hin itu—"

"Aku kenal kamu dengan baik, Te. Kalau kamu kayak gini, itu pasti karna aku."

Ya, itu karna kamu. Ya, aku mikirin kamu, Hin. Kamu memenuhi pikiranku.

New menarik tangan Tay dan mengecup punggung tangan Tay.

"Te, aku baik-baik aja. Kata dokter kan aku cuma kecapean. Ini aku sekarang udah baikan. Aku udah bisa pegang tangan kamu dengan erat, aku bisa lari, aku udah dapat vitamin, aku baik-baik aja."

Aku harap juga seperti itu, Hin. Aku harap kamu bisa terus baik-baik aja kayak gini, aku harap penyakit itu lenyap, aku berharap ada keajaiban dari Tuhan, aku harap aku dan kamu diberikan kesempatan lebih lama lagi untuk bersama. Batin Tay.

##Flashback ##

"Gimana hasil pemeriksaannya, dok?" Tanya Tay dengan tidak sabaran saat dokter yang memeriksa New keluar dari sebuah ruangan.

Dokter itu menghela nafasnya, "kita bicara di ruangan saja ya."

Tay yang mendengar itu pun mengangguk, begitu juga dengan Yuna serta Septian.

Akhirnya ketiganya mengikuti dokter itu menuju ruangan miliknya.

"Gimana dok?" Tanya Yuna dengan wajahnya yang sudah sangat kusut karna menangis tadi.

Tay dan Septian menatap Korn dengan tak kalah gugup.

Korn menunduk, menatap beberapa lembar kertas ditangannya.

POTRET HIN.. | End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang