6. Sahabat

934 120 9
                                    

Tay terdiam dalam posisi wajahnya sudah sangat dekat dengan wajah New. Jantung Tay sudah berdegup tak karuan sejak tadi.

Dan kini, melihat New dari jarak yang sangat dekat seperti ini membuat tubuh Tay membeku, Tay tak bisa melakukan apapun selain diam dan menatap New.

Sedangkan New kini menutup matanya dengan rapat menunggu Tay melakukan hal selanjutnya dalam perasaan gugup.

Tay diam untuk beberapa saat. Tay sedang berpikir, apa yang harus ia lakukan sekarang? Jujur atau tetap pada pendiriannya, yaitu diam?

Saat ini Tay benar-benar dilema. Tay tak mau merusak persahabatan mereka, apalagi sampai kehilangan New.

Tay menatap New lekat. New terlihat sangat gugup sekarang. Tay bisa melihat itu dari ekspresi wajah New. New sedang mengerutkan keningnya, alisnya menyatu, matanya dan bibirnya tertutup dengan sangat rapat.

Tay akhirnya tersenyum, Tay tahu apa yang seharusnya ia lakukan sekarang.

Dan detik berikutnya Tay menjauhkan wajahnya dari New, lalu menyelusupkan tangannya ke pinggang New.

Tay memeluk New dengan sangat erat.

Apa yang Tay lakukan membuat New membuka matanya dengan lebar. Tapi New akhirnya menghela nafasnya lega.

"Lo sahabat gue Hin, dan selamanya akan tetap seperti itu," ujar Tay dengan lemah.

New tersenyum dan melingkarkan tangannya di leher Tay.

"Iya Te. Kita sahabat, dan selamanya akan tetap seperti itu," ujar New.

Bright dan Off yang sudah memegang handphonenya untuk merekam pun menghela nafasnya panjang.

"Kasian banget si Tay," gumam Off.

Bright mengangguk setuju, "tapi gue ngerti posisi Tay. Kadang kala, diam memang menjadi pilihan terbaik untuk mempertahankan apa yang ia miliki sekarang. Tadi itu pilihan yang sulit untuk Tay. Tapi dengan ini gue ngerti, cinta tak harus memiliki itu memang nyata ada. Cinta Tay ke New terlalu tulus hingga kebahagiaan New menjadi prioritas Tay, meskipun dirinya harus terluka lagi dan lagi."

Off dan Bright hanya bisa diam, memperhatikan Tay dan New yang kini saling berpelukan.

Tay mengelus punggung New lembut. Senyum Tay mengembang sangat lebar.

Ini pertama kalinya Tay memeluk New. Ini pertama kalinya tubuh Tay dan New bersentuhan seperti ini. Dan pelukan ini membuat Tay sudah merasa cukup. Tay rasa pelukan ini cukup memberinya kebahagiaan yang luar biasa.

"Syukurlah lo gak suka sama gue Te. Gue takut," ujar New lemah.

"Kenapa takut?"

"Kan gue udah pernah bilang. Gue takut gak bisa balas perasaan lo dan malah buat lo sakit."

Tay tersenyum mendengar jawaban New, "Kalaupun gue suka lo, gue gak akan mengharapkan balasan apapun, dengan keberadaan lo disisi gue aja gue udah sangat bahagia, jadi lo gak perlu khawatir."

"Jangan bodoh. Cinta gak berbalas itu rasanya sakit," balas New.

Tay menggeleng, "Gak juga. Selama ini gue bahagia aja."

"Maksud lo?" New mengerutkan keningnya bingung.

Tay yang baru sadar dengan apa yang ia ucapkan pun langsung berdeham dan melepaskan pelukannya dengan New.

"Udah minumnya kan? Sekarang pulang ya?" Tay mengalihkan pembicaraan.

New langsung cemberut, "Bentar Te, gue masih pengen disini. Kita nginep disini aja yuk? Boleh kan Off???"

POTRET HIN.. | End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang