13. Mabuk?

1.1K 124 13
                                    

New diam di dalam kamarnya, menatap langit-langit kamar dengan pandangan buram karna kini pikirannya melayang jauh.

Saat ini New sedang memikirkan Tay. Ya, Tay. Siapa lagi?

Sejak tadi pagi, saat New baru bangun tidur, hingga mereka melakukan photoshoot, dan bahkan hingga saat ini, sudah tengah malam, New terus menerus berdebar, padahal Tay sudah tak ada lagi bersamanya.

New sudah meyakinkan dirinya bahwa ia menyukai Tay. Tapi New masih saja merasa itu mustahil.

"Masa sih gue suka Te? Baru aja kemarin gue suka Earth. Masa ia hati gue semudah itu beralih? Dasar hati gampangan!" Gumam New.

"Tapi bener deh. Earth nolak gue, gue gapapa, sakit engga, sedih engga, biasa aja. Gak ada rasa apapun. Kayak-- yaudah gitu. Ini gimana sih?"

"Atau jangan-jangan... suka sama Earth itu cuma ilusi hati gue yang mencoba menutupi kenyataan gue suka Te ya? Mungkin gue suka Te dari lama, tapi otak dan hati gue gengsi?"

"Gak tau ah. Yang pasti sekarang gue suka Te! Gue harus apa?" New menendang-nendang tempat tidur nya dengan kesal.

New menyentuh dadanya. Masih sama. Jantung New masih berdegup kencang

"Te.. gue suka sama lo," ucap New dengan lirih.

🕊️🕊️🕊️

Kamar Tay..

Tay duduk di meja belajarnya sambil menopang dagunya.

Senyuman Tay tak kunjung lepas dari wajahnya sejak satu jam yang lalu karna menatap New yang kini ada di layar laptopnya.

Tay sangat menyukai semua hasil fotonya. New terlihat bagus di semua foto yang ia ambil. Potret New memang selalu menjadi favorit Tay. Potret New adalah potret terbaik di memorinya.

Tay tak pernah bosan mengambil potret New dan menatap hasil jepretannya yang sudah ada ribuan, bahkan belasan hingga puluhan ribu di laptopnya, handphonenya, dan di semua tempat yang tak terduga, seperti di bawah bantalnya.

Ya, ada sebuah foto di bawah bantal, yang Tay selalu tatap sebelum ia terlelap. Menatap New adalah salah satu sumber kebahagiaan nya, meskipun hanya sebuah lembar foto.

"Lo cakep banget dalam posisi apapun," gumam Tay.

Mata Tay terus berbinar memandang potret New.

Tay mengalihkan pandangannya ke tangannya dan tertawa pelan, "siapa sangka gue bisa genggam tangan lo kayak tadi?"

Tay mendekatkan tangannya ke wajah dan menghirup aroma tangannya itu.

"Wangi lo nempel di badan gue. Manis banget," gumam Tay lagi.

Tay menghela nafasnya panjang, "Gue harap Lo selalu bahagia. Jangan sedih, karna ada gue disini. Walaupun gue gak bisa ngasih kebahagiaan ke lo, tapi-- gue bisa nemenin lo di segala kondisi lo."

Tay mengusap pipi New di layar laptopnya.

Brakk.

"Te!" Teriak New dengan heboh.

Tay pun terlonjak kaget dan sontak menutup laptopnya, lalu menoleh ke arah pintu kamar.

"Kenapa Hin??"

New mendengus kesal dan berjalan ke arah Tay. Tay hanya memperhatikan New hingga New menghentikan langkah tepat di sampingnya.

"Lo kenapa Hin? Hm?"

"Minum yuk?" ujar New.

Tay mengerutkan keningnya, "Lo haus? Air di kulkas emangnya habis?"

New yang mendengar itu pun mencubit pipi Tay gemas, "bukan mau minum air. Gue lagi ngajak lo minum dalam artian mabok."

POTRET HIN.. | End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang