35. END

1.4K 110 47
                                    

Tiga hari kemudian..

Tay duduk di samping New yang tengah terbaring lemah di atas ranjang dengan berbagai alat menempel di tubuhnya.

Selalu seperti ini. Selama tiga hari ini, Tay terus setia menemani New di ruangan ini, menggenggam tangan New dan bercerita banyak hal kepada New. Tay yakin jika New hanya sedang beristirahat, sehingga New pasti bisa mendengarnya. Semua ini dibuktikan dengan beberapa kali Tay melihat New meneteskan air matanya.

Setiap kali Tay berbicara dengan New, akan ada tetes demi tetes air mata yang terjatuh dari ujung mata New yang masih tertutup.

Tay tahu jika New sedang mendengarnya. Tanda-tanda kerja otak New juga menandakan jika otak New masih bekerja, hanya saja New tidak lagi bisa membuka matanya.

Kenyataan ini benar-benar membuat Tay tersiksa. Di satu sisi, Tay tak tega melihat New terus menderita seperti ini, namun disisi lain, Tay tak rela jika New harus pergi meninggalkannya. Tay tak siap, dan mungkin takkan pernah siap kehilangan New. Tay benar-benar tersiksa. Membayangkan New tak lagi ada di sisi Tay membuat Tay nyaris gila.

Tak bisa. Tay takkan bisa jika harus hidup tanpa ada New di sisinya.

Tay mengelus punggung tangan New dengan lembut. Tay sangat bisa merasakan jika tubuh New semakin hari semakin kurus. Tapi Tay bersyukur karna tubuh New masih hangat.

"Hin.." panggil Tay dengan lembut.

Tak ada respon apapun, bahkan detak jantung New tak berubah, masih sangat lemah.

Tay menghela nafasnya panjang, "apa yang sedang kamu mimpikan, hm? Kenapa tidurmu sangat lelap?"

Tay sedikit tersenyum, "apa kamu sedang memimpikan ku?"

"Mm, kalau boleh tahu.. mimpi tentang apa itu?"

"Apa.. aku bisa berbicara denganmu di dalam mimpi itu?"

Tay menatap New dengan mata berkaca-kaca, "kalau kamu bisa.. datanglah ke mimpiku, Hin. Ada banyak hal yang ingin aku bicarakan denganmu. Masih banyak cerita yang ingin aku ceritakan padamu."

"Hin.. aku merindukanmu. Aku merindukan tawamu, senyummu, suaramu, dan semua hal tentang mu."

Tay menghela nafasnya panjang dan menatap New lekat-lekat.

"Hin.. datanglah ke mimpiku malam ini. Tolong berikan aku kesempatan untuk berbicara denganmu, melihatmu, dan memelukmu, walaupun hanya di mimpi saja.. aku menginginkan itu."

Tay tersenyum dan mengelus pipi New lembut.

"Hin, kamu tahu? Aku masih disini sama kamu, aku tidak akan meninggalkanmu sesuai janjiku padamu."

"Jangan khawatir ya?"

"Sebentar lagi mama dan papa akan datang menjenguk kamu. Aku akan menunggu di luar."

Tay menggigit bibir bawahnya, menahan sekuat tenaga agar air matanya tak terjatuh.

"Aku akan menunggu mu.. Di dalam mimpi ku, Hin. Aku akan tidur lebih panjang agar bisa bersama denganmu lebih lama."

"Hin.. aku mencintaimu."

🕊🕊🕊

Tay berjalan dengan perlahan sembari menikmati pemandangan di sekitarnya. Sebuah pemandangan yang sangat indah. Pemandangan yang sangat Tay rindukan.

Tay mencoba mengingat kapan ia terakhir kali ke tempat ini. Dan jawabannya adalah.. Saat itu, bersama New.

Tay menghentikan langkahnya di sebuah wahana permainan komedi putar.

POTRET HIN.. | End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang