24. Matahari

883 94 6
                                    

Keesokan harinya..

New menatap Tay yang kini sibuk membersihkan tubuhnya dengan handuk hangat.

Tay benar-benar sigap dan perhatian dengan hal-hal kecil seperti ini.

Sejak kemarin, Tay menjaga New tanpa pergi sedikitpun. Tay hanya pergi meninggalkan New ke kamar mandi. Sisanya? Tay hanya duduk di samping New, menggenggam tangan New, dan menceritakan sebuah kisah novel sampai New terlelap.

Orang tua New ada disana juga, namun menunggu di sofa dan membiarkan Tay yang menjaga New.

Orang tua New sudah sangat percaya dengan Tay. Mereka percaya jika Tay bisa menjaga New melebihi diri mereka dan mereka juga tahu jika New akan lebih nyaman saat bersama Tay.

Dan tadi pagi orang tua New terpaksa pulang karna ada beberapa pekerjaan. Orang tua New juga merasa lebih lega karna melihat kondisi New sudah cukup membaik dibandingkan hari sebelumnya.

Kondisi New memang sudah membaik sejak kemarin malam. Kini New sudah bisa memegang benda yang cukup kecil dan ringan, namun masih belum bisa memegang benda yang berat dan besar.

Untuk berjalan, dokter tak mengijinkan New untuk bangun dari tidurnya terlebih dahulu dan sudah dijadwalkan untuk melakukan terapi hari ini.

Sejak kemarin Tay benar-benar menjaga New. Saat New ingin ke kamar mandi, Tay akan menggendong New dan membantu New untuk duduk.

New sebenarnya sangat malu dan kesal karna hal ini. New tak ingin menyusahkan Tay, New tak ingin terlihat lemah seperti ini. Namun tubuhnya tak bisa bekerjasama. Tubuhnya lemah.

New yang melihat Tay kini sedang mengusap kakinya pun menghela nafasnya panjang.

"Te.."

"Hmm?" Tay mengalihkan pandangannya ke arah New.

"Maaf.." ujar New dengan lemah.

"Maaf?" Tay menaikkan satu alisnya karna bingung.

New mengangguk pelan, "ya, maaf."

"Maaf untuk apa, Hin?"

"Maaf karna aku sakit," jawab New.

"Hah?"

"Maaf ya, Te. Maaf karna aku sakit dan nyusahin kamu kayak gini."

"Hin, kamu ngomong apa sih? Kamu gak nyusahin aku sama sekali. Aku gak merasa disusahin."

"Aku tau. Aku tau kamu melakukan ini dengan ikhlas. Tapi tetap aja aku merasa memberatkan kamu. Aku merasa bersalah karna terlahir lemah-"

"Hin-"

"Aku minta maaf, Te. Aku janji akan cepat sembuh."

Tay yang mendengar itu pun menghela nafasnya panjang dan mengangguk, "ya, aku harap kamu cepat sembuh Hin. Aku juga gak suka liat kamu gini. Aku kangen Hin yang lari-larian di apartemen, Hin yang cerewet, Hin yang selalu teriak-teriak, dan ngambekan."

"Te-"

"Hin, cepet sembuh ya? Nanti kita jalan-jalan. Nanti kita kemah, buat api unggun sama Off, sama Bright juga. Kamu bilang mau kemah kan?"

New yang mendengar itu pun merasa dadanya sesak. Bahkan Tay mengingat kata-katanya yang New anggap angin berlalu.

Melihat Tay tersenyum ke arah nya membuat New ingin sembuh dari penyakit nya.

New mencoba untuk tersenyum walaupun hatinya sedikit tersayat karna kenyataan yang ada.

Cklekk.

POTRET HIN.. | End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang