7. Someone

28 1 0
                                    

"Aku mulai menyukai dia. Perasaan ini datang tanpa bisa dicegah. Aku akan lakukan apapun untuk mendapatkan dia. Rasa yang aku miliki untuk dia sama kuatnya seperti rasa yang kamu miliki."

-Aku, Si Lelaki Aneh. Gabino

෴⁠ ⁠༎ ༎ ༎ ⁠෴

Pagi ini, gerimis kembali menyapa langit Jakarta, ia berlari kecil menuju gerbang sekolah yang hampir ditutup. Aya siap siaga melindungi kepala. Sedari tadi rambut panjangnya berayun mengikuti irama langkahnya.

Tepat melewati gerbang seseorang dari belakang yang sedari tadi mengikutinya kini mensejajarkan langkah. Lelaki itu menjadikan tangannya untuk pelindung kepala Aya agar gerimis tak menghantam kepala gadis dengan tatapan sendu itu.

Refleks, Aya menoleh. Lelaki itu tersenyum merkah. Memperlihatkan deretan giginya yang rapi. Mata sipitnya membentuk satu garis lurus.

Eye smile yang cantik. Senyum yang sempurna.

Aya hampir terhipnotis dibuatnya. Untunglah ia dengan cepat mengembalikan kesadarannya.

"Apaan sih?" Aya menepis tangan Gabino dari atas kepala. Memandang Gabino dengan tatapan risih.

"Aya, gue cuma mau bilang. Siapin jantung lo, lo target gue selanjutnya," ujar Gabino. Si penjahat kelamin itu ternyata ingin memikat hati yang baru lagi.

"Kenapa? Lo udah bosan sama yang lama?" sarkas Aya.

"Lo ngintilin gue ya?" goda Gabino. Mencongkel lubang hidung Aya sesekali.

"Bino! Lo gila? Aneh!"

"Tapi lo bakalan suka! Bakalan rindu!" teriak Gabino tepat di telinga Aya. Membuat si yang empunya telinga menutupnya rapat-rapat dengan telapak tangan.

"Bino! Gue lagi nggak mood!" Aya melotot. Menendang tulang kering Gabino.

Gabino tak mau kalah. Ia melepas dasinya. Secepat kilat melingkarkan di leher Aya. Menarik tanpa ampun. Tak peduli dengan pandangan orang-orang. Mereka melewati lorong tanpa rasa malu.

"GABINO!!! LEPASIN!!!!" Aya memukul-mukul punggung tangan Gabino. Namun lelaki itu tak bergidik. Pendengarannya seolah tak berfungsi. Ia sengaja ingin membuat Aya malu atau apa sih?

"Bino, sakit," lirih Aya.

Mendengar nada suara Aya tak lagi sama. Gabino menoleh. Memasang mimik wajah bersalah kala melihat Aya dengan tatapan sendu khasnya. Benar, ia terlihat kesakitan. Leher putihnya terlihat begitu merah, akibat tarikan Gabino yang terlalu keras.

Seperti mendapatkan kesempatan langkah. Aya dengan mudah membalikkan keadaan. Kala Gabino lengah, ia menarik dasi Gabino, melingkarkan di leher Gabino. Memperlakukan Gabino lebih brutal dari yang dilakukannya tadi.

Dalam tarikannya yang begitu kasar, Gabino tersenyum manis. Membius pasang mata yang mereka lewati. Dalam kesakitan, pesona anak itu tidak juga pudar.

"Ya? Lo haid? Tembus tuh!"

Aya memperlambat langkahnya. Melepas satu tangannya dari dasi dan meraba rok abu-abu nya. Gabino tersenyum smirk, terkesan licik. Lalu menarik kedua tangan Aya. Mengikatnya dengan dasi di belakang.

"Keparat! Kenapa sih lo suka ganggu ketenangan hidup gue?" umpat Aya. Ia tak habis pikir bagaimana lelaki yang satu itu punya banyak cara licik untuk mengelabuhinya.

Lagi!

Lagi!

Dan lagi!

"Bermain game itu mudah, Aya. Dan lo? Adalah permainan paling menyenangkan yang pernah gue temui." Gabino sedikit merapatkan wajahnya dengan wajah Aya. Membuat Aya semakin ingin mengoyak habis wajah Gabino.

The Crown || Lee Jeno [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang