37. Destroy

20 2 0
                                    

•••

Salju di 2019 belum berakhir. Bongkahan berwarna putih yang jatuh dari langit itu menutup jalanan yang ada di segala penjuru kota London.

Petugas acap kali membersihkan jalanan agar salju tebal di badan jalan tidak menghalangi pengendara.

Aya tersenyum. Setelah sebulan lamanya di negri orang, ia akhirnya kembali ke Indonesia. Tanpa ragu gadis itu menggiring kopernya ke luar, menunggu taksi yang akan mengantarnya ke Bandara Heathrow. Yang merupakan bandara paling sibuk di negara tersebut.

Aya semakin merapatkan diri karena dingin yang menusuk tulang. Ia sudah memakai jaket tebal, tapi itu ternyata tak cukup untuk mengusir hawa dingin. Suhu pagi itu mencapai 8°C.

Beberapa kali ia memperbaiki sarung tangan yang merosot. Ia menyesal juga keluar lebih awal. Padahal ia sudah memesan taksi sangat awal tadi.

Cukup lama ia menunggu.

Sampai akhirnya taksi yang ditunggu datang. Seorang pemuda kisaran 28 tahun keluar dari mobil. Ia membantu Aya memasukkan kopernya ke dalam bagasi. Lelaki itu meninggalkan sebuah senyuman sebelum membukakan pintu untuk Aya.

"Wajahmu seperti orang Asia," ucap pemuda itu ketika sudah di dalam mobil dengan aksen British nya yang kental.

"Iya, aku orang Asia."

"Thailand?"

"Tidak, Indonesia."

"Sekolah atau kuliah?"

"Aku masih sekolah, sebentar lagi bakal kuliah di sini."

"University of the Arts?" Pemuda itu terkekeh. "Biasanya lebih banyak anak muda yang belajar fashion ke Paris. Mengapa kamu memilih universitas ini?"

"Aku belum memberitahu."

"Lokasi tempat aku menjemputmu sudah menjelaskan semuanya." Pemuda itu kembali terkekeh.

Aya menggosok lehernya. Ia sangat tidak nyaman. Jika pemuda itu bicara lagi, mungkin ia akan melemparnya keluar.

Bukan Aya tidak ramah, hanya saja kalian tahukan betapa tertutupnya gadis ini. Bahkan kalaupun ia tahu hari kematiannya, ia mungkin tidak akan pernah memberitahu orang terdekatnya.

Butuh 50 menit untuk sampai ke Bandara. Aya tersenyum dan merotasikan bola matanya ke sekeliling. Ia turun dari mobil, dibantu dengan supir taksi itu yang mengeluarkan koper.

Tiga puluh menit lagi, pesawat yang ditumpanginya akan take off. Ia harus segara masuk ke dalam.

•••

"Aya pulang ke Indonesia"

"Hm." Lelaki yang berdiri di balkon itu berbalik. "Lo kangen? Pengen ketemu?" cibirnya.

"Gue cuman nanya doang!"

"Demi apa coba gue percaya?"

"Ngadi-ngadi lo, Lix! Gue udah move on."

"Tapi masih save nomernya pake emot love!"

"Lix...."

"Lo udah punya Tanya, lupain Aya. Jadi cowok jangan plin-plan."

Kafiel hanya diam.

"Mantan gak usah dikangenin. Toh yang nemenin lo pas lagi downnya ya Tanya, bukan Aya yang lo bangga-banggain itu. Dia bahkan tetap berangkat ke London, walau udah tau kalau lo kecelakaan. Dan yang lebih menyakitkannya lagi, dia nggak peduli dengan kabar lo, Kafiel."

Kafiel mendengus geli. Pria bertubuh tinggi keturunan Chinese di depannya ini terlalu mendramatisir semuanya.

"Terserah lo!"

The Crown || Lee Jeno [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang