Song Recomendation :
Night Changes : Acoustic ( One Direction )•••
Pukul 07:30 P.M
"Kamu sudah siap?"
Lelaki itu tersenyum, memperlihatkan deretan giginya yang mentereng. Bak seorang pangeran ia mengulurkan tangan mempersilahkan si tuan putri masuk ke dalam mobil melalui bantuannya.
Aya hanya tersenyum dan menggeleng, perlakuan ini terlalu manis hingga siapapun akan merasa melayang di udara. Terlebih-lebih hal semanis ini dihadiahi oleh seorang lelaki tampan, seperti pangeran sungguhan.
"Oh, tunggu dulu." Lelaki dengan setelan rapi itu mengangkat satu alis, urung menutup pintu mobil ketika ia mendapati Aya dengan gaun yang bukan pemberiannya.
Kafiel baru menyadari, soalnya sedari tadi ia begitu terpesona dengan kecantikan gadisnya. Rambut sebahu yang terurai indah, kelihatan simpel namun tetap memancarkan keanggunan.
"Aku membeli gaun hitam polos, tapi kenapa sekarang jadi warna putih motif hitam?"
"Ah, ini. " Ia tampak berpikir, memilah kata yang pas untuk diutarakan. "Aku membelinya bersama Gabino, aku yang minta dia nemanin beli baju, tolong jangan marah."
Ia harus jujur, kalau tidak, maka akan terjadi kebohongan lainnya untuk menutupi kebohongan yang pertama.
Kafiel hanya menghela napas singkat dan tersenyum tanpa ekspresi. Bukan marah ataupun kecewa, hanya saja ... ah, kalian tahu kan betapa cemburunya ia pada Gabino.
Lelaki itu selalu terang-terangan mengatakan akan merebut Aya, tidak peduli dengan hubungan pertemanan mereka yang sudah berjalan 5 tahun lebih.
Ia sungguh sangat takut jika di serang secara frontal begini. Yang ada di pikirannya hanya bagaimana nantinya kalau lelaki itu berhasil merebut hati Aya, atau di saat ia lengah, Gabino akan memanfaatkan kesempatan untuk memberikan sandaran pada gadis rapuh itu.
Ah, sialan! Kemungkinan-kemungkinan seperti itu menyiksa hati dan pikirannya.
Beberapa detik kemudian ia sudah duduk di jok pengemudi. Melajukan mobil dengan kecepatan sedang.
Kafiel sama sekali tak ingin membuka percakapan dan sejenisnya. Ia hanya sibuk dengan stir mobil dan menatap lurus ke jalanan.
Jalanan memang tampak ramai, para pengendara motor dan mobil memadati jalanan, beberapa kaula muda juga kelihatan berjalan bergandengan di trotoar.
Sementara Aya tak tahu harus berkata apa, matanya tak lepas dari wajah datar Kafiel. Hampir lima belas menit mereka saling diam. Dan ponselnya yang berdering memecah keheningan.
Ia segera mengambil ponsel yang di taruh di dalam tas. Membuat Kafiel mengikuti gerak-gerik Aya dengan sorot matanya yang tajam.
Gadis itu memandang ke arah Kafiel, ketika menemukan bahwa Gabino yang menelpon. Tak ada respon sama sekali, lelaki itu bahkan memalingkan wajah setelahnya.
Aya mengehela napas, kemudian menggeser layar ponselnya.
"Kamu udah pergi? Kok gak bilang dulu sih?"
Aya menelan ludah, kenapa juga ia sampai lupa. Ya Tuhan akhir- akhir ini isi kepalnya seringkali membuatnya kerepotan.
"Aku lupa!"
"Argh!! Kunyuk banget sih kamu! Kalau udah sama Kafiel lupa noh kalau dunia gak milik berdua aja!"
"Maaf, Gabino."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown || Lee Jeno [✓]
Teen FictionKafiel Epsilon Young. Anak tunggal yang lahir dari rahim wanita berkebangsaan Inggris. Menjadi orang yang kehidupan pribadinya cukup disorot di negri ini. Semua media berita menulis namanya dengan bangga. Anak pengusaha itu selalu menjadi topik pali...