9. True Love

22 1 0
                                    

"Dengan menggenggam tanganmu, bisa aku yakinkan bahwa tidak ada tempat yang tidak bisa kita tuju."

-Kafiel

෴⁠ ⁠༎ ༎ ༎ ⁠෴


Seminggu berikutnya....

"AYA!!! SEAN!!! BUKAIN PINTU!!! APA PERLU AKU DOBRAK SAMPAI PINTU INI RUSAK?"

Kafiel menendang -nendang daun pintu kamar. Kesabarannya sudah habis, bisa-bisanya Aya dan Sean bekerja sama untuk mengusirnya dari rumah mereka. Ia tak habis pikir dengan kelakuan kakak beradik itu.

"AYA!!! BUKA!!!"

"Berjanji dulu bahwa kau tidak akan menyeret Mama ke rumah sakit!" seru Aya.

"Ya! Berjanjilah dulu Kak!" timpal Sean.

"Janji tidak akan menyeretnya. Aku hanya akan menggendongnya! Bukankah itu lebih manusiawi?!"

"Sama saja bodoh!" teriak Sean kesal.

"Kau? Lagi-lagi! Awas kau Sean!" Kafiel menghantam pintu itu hingga benar- benar terbuka. Menampakkan pemandangan yang mengejutkan.

Aya dan Sean sama-sama terkejutnya. Mereka beringsut, mundur beberapa langkah.

"Sudah aku bilang, aku keras kepala. Beresi pakaian Mama, kita akan bawa dia ke rumah sakit!" tegas Kafiel dengan mata berapi-api.

"Kak!" Sean melotot tidak terima.

"Dia butuh perawatan! Apa kau mau melihatnya berbaring di tempat tidur seumur hidupmu? Dia ibu kalian bukan? Aku tahu kalian menyayanginya! Tapi bukan begini caranya! Mengerti! Aya cepat kemasi!"

Aya mengepal keduanya tangannya karena kesal. Tak bisa berkata apa-apa lagi, percuma membantah jika penyakit keras kepala pria itu kambuh.

"Setelah melihatmu tadi, aku tidak yakin kau bakal jadi suami yang baik untuk Aya nantinya," racau Sean ikut membantu Aya mengemasi pakaian Mariana.

Kafiel tertawa hambar, berkacak pinggang dan menatap Sean dengan tatapan horor. "Di dunia ini, aku yang paling mengerti apa yang terbaik untuk Aya, si Kakak keras kepalamu itu."

"Kau PD sekali ya. Hmmm perlu aku sadarkan, bahkan kau lebih keras kepala darinya. Dasar tukang marah! Mulai besok berhenti menginjakkan kaki di rumah kami!"

"Kau menantangku? Apa tidak salah cari lawan? Aku Kafiel! K - A - F - I - E - L."

"Aku juga bisa mengeja namaku sendiri. Jadi hal itu tidak perlu kau banggakan, K - A - F - I - E - L." Sean tersenyum puas kala melihat ekspresi kesal Kafiel.

"Sean, sudah! Kau bisa membuatnya lebih gila lagi nanti," sarkas Aya.

"Bagaimana bisa diam? Dia merusak hari liburku. Pagi-pagi sudah datang ke rumah orang dan membuat kegaduhan!"

Iya Sean sangat kesal pada Kafiel pagi ini. Pasalnya pria itu menganggu tidur nyenyaknya. Bisa-bisanya Kafiel datang ke rumah orang pagi-pagi membuat keributan.

Hingga telinga Sean hampir tuli tadinya, ketika mendengarkan perdebatan panjang antara Aya dan Kafiel. Yang satu ingin membawa Mariana ke rumah sakit, dan yang satu malah enggan.

The Crown || Lee Jeno [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang