"Aku telah menjatuhkan hati padamu, meski seharusnya jangan."
—Aya Blossom
•••
"Lo yakin?"
"Kenapa tidak?" Aya mengangkat bahu dan tersenyum.
"Kita sudah di depan rumahnya."
Bukannya tidak mengerti, tapi Gabino cukup terkejut perihal pernyataan Aya yang ingin ke rumah Kafiel. Ia tidak menyangka bahwa keberanian dalam diri gadis itu masih saja sama seperti dulu. Meski ada beberapa bagian yang hilang dari dirinya.
Aya menoleh, pagar besar yang tinggi keemasan tepat di depannya. Ia sedikit mencondongkan kepala, untuk mendapatkan pemandangan yang lebih luas lagi.
Rumah Kafiel jauh lebih besar dari rumahnya dulu, bahkan tidak ada apa- apanya. Ia tidak menyangka bahwa rumah kekasihnya sebesar ini. Sangat disayangkan sekali bahwa mereka benar-benar tidak cocok.
"Gue anter lo ke sini bukan untuk Insecure, Ya."
Gabino yang menyadari perubahan Aya berujar dengan nada memperingati. Sedetik kemudian, ia menurunkan kaca mobil dan mencondongkan kepala keluar.
Ia berteriak pada salah satu satpam yang berjaga di depan gerbang. "Pak! Ini Gabino temannya Kafiel."
Mendengar nama itu disebut, dua satpam yang berjaga di depan langsung membuka pintu gerbang, mempersilakan mobil Gabino masuk ke dalam.
Kini sampailah mereka di depan anak tangga menuju teras. Iya, rumah ini di desain tiga lantai. Ia juga tidak mengerti kenapa ia harus ke lantai dua untuk bisa terhubung dengan ruang tamu rumah ini.
Aya sekali lagi mencondongkan wajah ke luar, seperti gadis katrok. Halaman yang luas dengan air mancur sebagai pusatnya. Matanya lebih membulat lagi ketika melihat rumah yang sedemikian megah.
"Datang berarti menyerahkan diri. Gue gak tau si Daffindra ada di dalam apa nggak, tapi yang pasti resiko yang lo ambil ada di depan mata." Ia turun, kemudian berujar, "Jangan turun dulu!"
Aya hanya menurut, hingga di menit berikutnya Gabino kembali masuk ke dalam mobil setelah mengambil sesuatu di bagasi.
"Pake nih!" Perintah lelaki itu sembari menyodorkan sebuah tas belanjaan.
"Apa?"
"Ini baju Mama, rencananya buat hadiah ulang tahun. Tapi ya masak lo cuma pake jeans mini sama atasan kaos polos ke rumah mertua! Lo kira-kira dong! Ntar yang ada malah di sangka cewek gak bener!"
"Gabino!"
"Iya gue serius!"
"Kenapa gak lo bilang tadi aja?"
"Mana sempat! Eh bodok, lo tadi ganti pakaian doang ngabisin waktu dua jam! Tau nggak capeknya gue nungguin di ruang tamu cuman modal tv jadul yang gambarnya udah kek pelangi! Tau-taunya keluar cuman pake pakaian gak jelas! Kalau gue suruh lo ganti baju lagi, bisa-bisa tengah malem sampai rumah Kafiel!"
"Mulut lo bangke banget deh!"
"Gimana gak bangke? Lo nya gak tau aturan mainnya! Udah pake cepat, gue ada jadwal clubbing sore ini. Ntar pulang di anter sama Kafiel aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown || Lee Jeno [✓]
Teen FictionKafiel Epsilon Young. Anak tunggal yang lahir dari rahim wanita berkebangsaan Inggris. Menjadi orang yang kehidupan pribadinya cukup disorot di negri ini. Semua media berita menulis namanya dengan bangga. Anak pengusaha itu selalu menjadi topik pali...