17. Beautiful

23 2 0
                                    


•••


"Aku tidak gila!"

"Ya, kau sakit."

"Aku sehat!"

"Ya, kau akan sembuh."

"Aku tidak punya penyakit untuk disembuhkan!"

"Ya, penyakit memang harus disembuhkan."

Keluh. Lidah Tao mulai keluh. Ia menghentakkan kaki pertanda kalah. Perempuan empat puluh tahun yang berdiri depannya dengan piring di tangan begitu terasa menyebalkan.

Davinia meletakkan piring di atas nakas. Memaksa Tao agar duduk di tepi ranjang. Ia pun ikut duduk di samping bocah lima belas tahun itu.

"Kau tahu kenapa cinderella kehilangan satu sepatu kacanya?"

"Itu bukan topik untuk anak laki-laki! Seharusnya kau ceritakan spiderman yang memanjat tebing!" bentak Tao. Ia bersungut kesal.

"Aku perempuan, mana mau bercerita tentang spiderman yang pakai baju besi."

"Itu Ironman!" Mata Tao membulat sempurna. Man-man kesayangannya dihina oleh Davinia, mana mungkin ia berdiam diri.

"Ahh ... lupakan Ironman itu. Sekarang aku sudah buatkan Omelette kesukaanmu!"

"Sebut aja telur mata sapi. Apa susahnya?" Tao bersungut lagi. Tuh kan, Davinia hanya bisa merusak mood-nya saja. Di penghujung pagi masih aja bikin emosi.

"Biar keren."

"Mana minum?"

"Ah tunggu sebentar." Davinia beranjak hendak mengambil air di dapur.

Tanpa disengaja tubuhnya bertabrakan dengan dokter Malik di tikungan. Hampir saja air dalam gelas yang dibawa dokter Malik jatuh. Untung saja ia punya jurus tangkisan yang bisa diandalkan.

"Kamu meninggalkan minuman Tao di meja dapur. Sudah saya bilang, kalau lain kali
jangan suka lupa."

"Ya, yang namanya lupa kan tidak bisa prediksi."

"Itu karena kamu banyak pikiran."

"Maaf," lirihnya mengambil alih gelas di tangan Malik.

"Seperti ABG saja. Nikah-nikah! Keburu tua!" umpat Avan. Di sampingnya Mauren hanya terkekeh. Mereka berdua tak sengaja lewat kamar Tao menuju ke kamar pasien yang lainya.

"Emang udah tua," bisik Mauren ketika sudah agak jauh dari Malik dan Davinia.

"Saya belum tuli!" teriak Davinia tak terima.

"Ahhh anak-anak ini!"

"Sudah."

Malik mendorong punggung Davinia agar kembali masuk ke dalam kamar Tao. Anak itu tampak menyuap nasinya sendiri. Kan, dia banyak akal.

"Tao, kamu sehat?" Malik tersenyum. Memperlihatkan deretan gigi dan wajahnya yang mulai berkeriput ketika tersenyum.

"Tubuhku sehat, tapi hatiku terasa sakit," keluhnya.

The Crown || Lee Jeno [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang