23. Annoying

20 1 0
                                    

"Seorang Ibu tidak berpikir ulang untuk melahirkanmu ke dunia, meski nyawanya sendiri yang menjadi taruhan. Sekarang, bagaimana bisa kau merasa hidupmu tidak berharga?"

•••

Persis seperti yang Kafiel takutkan. Belakangan ini Daffindra memang tak main- main dengan ucapannya perihal melarangnya untuk bertemu dengan Aya.

Kini, lelaki dengan gesture tenang dan beribwa tersebut duduk di meja makan paling ujung dengan Angel yang sudah menyiapkan peralatan makannya.

Perlu diingat juga, bahwa ia sangat benci duduk di depan maja makan bersama Daffindra, karena ia selalu terlihat seperti pengecut yang tak bisa melakukan apa-apa.

Tangan dan kakinya di kunci oleh kekuasaan Daffindra. Ia seperti anak anjing peliharaan yang harus memenuhi setiap kehendak majikannya.

Lelaki tua itu pasti akan menceramahinya lagi pagi ini, maka terpaksa juga ia harus menebalkan telinga dan menghabiskan makanan dengan cepat. Saat ini, dua hal tadi menjadi tujuan utamanya agar sesegera mungkin bisa melarikan diri.

Ia beberapa kali mengekori pergerakan Daffindra dengan ujung matanya, tampak lelaki itu masih dengan gagah menoleh padanya.

"Aku tidak suka berbicara di meja makan," ujarnya terdengar pelan tapi berhasil mencekik setiap makhluk hidup yang ada dalam ruangan.

"Kalau begitu, aku izin bicara."

Angel membuka mulut. Sebuah konspirasi baru akan dimulai, dimana teori ini sudah bisa ditebak akan menyelamatkan Kafiel dari perbincangan pagi ini.

Ia menoleh pada Angel sekilas, perempuan itu terlalu baik sehingga tidak pernah membiarkannya terluka barang sekalipun.

"Katakan."

"Aku ingin kembali bekerja."

Daffindra, alis lelaki empat puluh tujuh tahun itu menukik tajam. Ia tercenung ketika mendengar kalimat yang dilontarkan Angle barusan.

Begitu juga dengan Kafiel, roti yang seharusnya tertelan habis tertahan di kerongkongan untuk beberapa detik.

Keduanya menatap Angel dengan tatapan menyimpan seribu pertanyaan. Namun, perempuan yang bermarga Noreen itu hanya tersenyum tipis dan tetap duduk dengan kedua tangan yang disilangkan di atas meja.

Ruangan itu hening untuk beberapa saat, hanya suara ketukan telapak tangan Angel yang beradu dengan lengannya yang bisa ditangkap indera.

"Kamu bisa menjadi komisaris di Young Hospital," ucap Daffindra tegas sebelum meneguk segelas air tawar di atas meja.

Angel tersenyum dengn ekspresi wajah yang tidak bisa menyanggupi ucapan Daffindra tadi. "Kamu salah. Aku tidak bisa jadi komisaris. Aku ini seorang dokter bedah!"

"Itu sama saja!"

"Sama?"

"Sama-sama bekerja di rumah sakit." Lelaki itu berkata dengan santai.

"Kamu egois, tidak pernah berubah."

"Apa salahnya, Angel?"

The Crown || Lee Jeno [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang