39. After The Storm

36 2 0
                                    


෴⁠ ⁠༎ ༎ ༎ ⁠෴

Ngerasa gak sih kalau cerita ini panjaaangg banget per chapter? Hhhhh ini aku nulisnya 6ribu kata perchapter😭 Entah kekuatan darimana, tapi menurutku ini salah satu keajaiban dalam hidupku 😂

.

.

.

Sembilan bulan berlalu....

Kafiel melewati hari-hari sulit yang tak berkesudahan.

Pria itu baru saja terjatuh saat mencoba melangkahkan kaki. Angel dan Daffindra dengan ekspresi sangat cemas melihat anaknya itu berlutut kesakitan di atas rumput dan tampak mengeluarkan air mata.

Dokter ortopedi dan seorang perawat yang berdiri di sampingnya tidak membantu sama sekali. Mereka ingin melihat bagaimana kekuatan Kafiel untuk tetap sembuh.

Daffindra dan Angel sangat kesal, mereka ingin membantu, tapi Hang yang berdiri di samping orang tua Kafiel itu ikut menasehati agar tak membantu Kafiel.

Sementara Gabino dan Felix hanya diam tanpa ekspresi pasti, ketika melihat sahabatnya itu.

"Berdiri, Kafiel! Kamu pasti bisa. Ini sama seperti kamu mengambil langkah pertama dalam hidup sewaktu masih anak-anak!" Dokter itu menjelaskan.

"Aku gak bisa!"

"Jangan buat sembilan bulan ini menjadi sia-sia. Saya sudah melatih kamu sejauh ini, tidak ada yang salah dengan keadaan kamu. Saya pastikan kamu bisa sembuh!"

Kafiel mengumpat, tidak ingin bangkit. Tapi perawat perempuan yang berdiri di sampingnya malah memapahnya agar kembali duduk di kursi roda.

"Dokter, untuk latihan kali ini sampai di sini saja."

Dokter itu hanya memejamkan mata dan berkacak pinggang. Kemudian menghela napas berat, sedang matanya tak lepas dari Kafiel.

"Kamu satu-satunya pasienku yang putus asa. Banyak orang tua yang telah sembuh karena kegigihannya, tapi kamu? Tidak punya keinginan seperti itu ternyata."

Semua terdiam ketika mendengar ucapan sang dokter. Tetapi kalau saja kalian melihat bagaimana Kafiel menghadapi kenyataan, memang terlihat sedikit menyebalkan.

Kadang, anak itu akan mogok makan, kadang juga ia akan banyak bicara dan tertawa tidak jelas ketika seseorang menemaninya di kamar.

Kalau saat itu kalian berfikir Kafiel bahagia dalam tawanya, kalian salah, sudah seharusnya kalian membuang pikiran seperti itu jauh-jauh.

Saat ini, jiwa Kafiel itu seperti ruang hampa udara tanpa ada kehidupan di sana. Kosong, sepi, sunyi, sendiri dan gelap.

Ini sudah kesekian kalinya anak itu menolak untuk sembuh, mungkin benar ia sangat putus asa. Tapi, tidakkah bisa ia pertimbangkan keputusannya sekali lagi untuk bisa sembuh.

Banyak orang yang mengharapkan kesembuhannya.

Daffindra, ayahnya.

Angel, ibu sambungnya.

Hang, paman yang selalu membantunya melarikan diri dari kenyataan.

Jika tidak untuk Aya, tidakkah ia punya keinginan sembuh untuk ketiga orang itu.

Sekali saja, tolong buatlah Kafiel berkaca dari sudut Daffindra. Mungkin ia akan bisa merasakan betapa seperti di nerakanya lelaki itu ketika melihat Kafiel tersakiti.

"Aku tidak pernah sepenuhnya ada di hati Kafiel." Angel bergumam, membuat Daffindra meliriknya.

"Dia menyayangimu."

The Crown || Lee Jeno [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang