•••
Minggu kedua setelah putus.
Demi Tuhan Aya belum mengumpulkan semua kesadarannya, tetapi suara Sean membuat matanya terbuka secara paksa. Anak itu berteriak seperti orang kemalingan, mendengar berita pagi yang langsung disiarkan telivisi di dalam kamarnya.
Berita tentang Kafiel, lebih heboh dari biasanya, di situ tertera nama Kafiel dan calon tunangannya. Aya terbelalak ketika membaca huruf bercetak tebal itu, gambar Kafiel dan calon tunangannya juga ada di sana.
Ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa sekarang. Kisahnya seperti di film-film romance kebanyakan, ditinggal dan kemudian mantan kekasihnya akan bertunangan dengan gadis lain.
Woah! Hebat bukan, kehidupan di setting untuk tidak adil padanya. Baiklah, ia tidak akan menangis, sumpah! Ia berjanji untuk tidak mengeluarkan air mata untuk lelaki itu.
Lelaki pengecut yang sudah meninggalkannya dua kali, mengakhiri hubungan hanya lewat telpon seluler. Setelah itu, brengsek itu tidak memberikan penjelasan apapun. Selama dua mingggu setalah putus, mereka tidak berbicara satu katapun.
Lelaki itu bahkan tidak pernah menatapnya lagi, meski ia seringkali curi-curi perhatian, cukup itu bukan Aya, kembarannya yang sedang dimabuk lelaki bodoh. Nomornya di blokir. Instagramnya juga di blokir dan dibumihanguskan, tidak tahu alasannya apa. Tetapi waktu itu ia sempat ingin mengomeli Kafiel tentang hal itu, dan lagi-lagi ia tidak mendapatkan kesempatan untuk bicara dengan mantan kekasihnya yang baru dua minggu tersebut.
Sudahlah! Ia memang harus move on. Sudah saatnya membuang orang-orang yang tidak punya keberanian dan memberikan efek negatif untukknya.
"Dia akan bertunangan?"
"Siapa?"
"Yang kau lihat di tipi, bodoh!"
"Kenapa elu yang sensi?"
"Kau belum move on kan, Kak?" Anak itu menyipitkan kedua mata. Nadanya skeptis tidak tertolong.
"Dihh." Mukanya sok jijik. "Udah hampir 2022! Enggak mungkin!"
"Cieeeeeeeeee, siap-siap aja nangis bombay lagi." Sean tertawa.
Aya mengusap wajah, marah. Sumpah Sean sangat memancing emosi.
"Anjing banget sih!"
"Ih main anjing-anjingan. Ku bilang Tante Dian loh! Baru tau rasa!"
"Sean! Seharusnya pas lahir kamu aku buang aja! Nyusahin!"
"Lah emang elu di program untuk jadi babu gue!"
Plak!!!!
Refleks saja tangannya menampar anak itu. Haduh tidak bisa dibayangkan bagaimana marahnya nanti tante Dian kalau tahu mereka sudah bertengkar pagi-pagi buta begini.
Dan, bocah ingusan itu menarik kerah baju Aya. Ia menariknya sangat kasar hingga Aya jatuh di atasnya. Sungguh tubuh kurusnya tidak sebanding dengan tubuh berisi Sean. Bocah itu menatap Aya sangat tajam, membuat Aya berpikir bahwa wajahnya akan bonyok sekarang, dan riwayatnya akan tamat.
"Lepasin, Sean! Elu bisa bunuh gue!"
"Enggak!"
"Leher gue kecekik, Sialan!"
"Biar mati sekalian!"
"Sean!" Aya sudah tidak tahan, Sean benar-benar menyiksanya. "Sakit bego!"
"Ngapain sih lo tetap suka sama pengecut itu!"
Sean semakin mencengkeram erat kerah bajunya, menariknya sangat kencang. Muka Aya memerah karena kesakitan.
"Sean elu-" Aya tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Air matanya jatuh tepat mengenai pipi adiknya itu. Rasanya sangat sakit untuk ditahan, lehernya mungkin memar, tetapi hatinya lebih parah. Dan penyebab sakit dari yang kedua tidak bisa ia jelaskan dengan kata-kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown || Lee Jeno [✓]
Teen FictionKafiel Epsilon Young. Anak tunggal yang lahir dari rahim wanita berkebangsaan Inggris. Menjadi orang yang kehidupan pribadinya cukup disorot di negri ini. Semua media berita menulis namanya dengan bangga. Anak pengusaha itu selalu menjadi topik pali...