14. Thousand of Years

20 2 0
                                    

Song Recommendation:
I'II listen To What You Haven To Say
[Yoon Mi Rae]

•••

"Kamu yakin mau nolak tawaran aku?"

"Kita udah bahas ini kan tadi."

Kafiel diam, menatap Aya penuh selidik. Membuat Aya meremas hoodie nya semakin dalam. Mata sayu itu memperlihatkan keraguan. Membuat Kafiel mengangkat alis. Melangkah mendekat pada Aya.

Gadis itu mundur hingga punggungnya menempel di badan mobil Kafiel. Sempat terkejut karena ulahnya sendiri, membuat Kafiel menyunggingkan senyum. Ia memasukan tangan ke saku celana dan kembali maju.

Jantung Aya berdebar kian kencang. Pipinya memerah bagai udang. Dan di depannya, Kafiel bisa merasakan debaran itu.

Tak tanggung-tanggung, kini ia menarik pinggang Aya lebih dekat. Menjangkau sesuatu di dalam lewat kaca mobil yang terbuka.

"Kaf, aku nggak bisa napas!"

"Aku nggak larang kamu kan?" Kafiel masih sibuk. Sekantung plastik makanan sudah berhasil ia gapai. Tinggal seragam SMA Aya yang agak jauh dari jangkauannya.

"Kaf kamu ngapain sih?" Aya mencoba menahan Kafiel dengan tangannya.

"Ngambil ini." Senyum Indah itu terpancar. Kedua tangannya menggantung di udara. Memperlihatkan benda yang sedari tadi ia perjuangkan.

"Modus!"

"Tapi kamu suka." Kali ini senyum jail yang muncul. Membuat bibir Aya mengerucut.

"Makasih untuk hari ini."

"Sama-sama." Kafiel ikut mengerucutkan bibir. Mengacak rambut hitam sang gadis.

Sebelum masuk lagi ke dalam mobil. Kafiel kembali melangkah mendekati Aya, membuat gadis itu menautkan dua alisnya.

"Apa lagi?"

"Kalau ada apa-apa telpon ya. Aku siap 24 jam jadi laki-laki yang kamu butuhkan."

Sebelum benar-benar pergi. Kafiel menyudahinya dengan senyuman. Tatapan Aya terkunci pada mobil Kafiel yang melaju pesat. Di akhir matanya bisa menangkap objek itu, ia menyunggingkan senyum.

Laki-laki itu selalu berusaha menjadi versi yang terbaik untuknya. Ya meski dalam beberapa hal kesalahannya nyaris tak terselamatkan. Seperti beberapa bulan yang lalu, meninggalkan tanpa ada alasan yang jelas.

Lalu kini ia datang lagi. Membawa bongkahan hati yang dulu sempat ia berikan pada Kafiel. Pesona Kafiel terlalu sempurna untuk ia hindari. Disadarinya pula bahwa hanya Kafiel yang mampu membuat jantungnya berdetak kian kencang.

Memikirkan itu membuat Aya menghela napas. Memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Mungkin akibat hujan pagi tadi. Pelan, Aya berbalik. Menatap rumah di depannya.

Halaman yang tidak terlalu luas, dengan desain rumah minimalis yang modern. Cukup besar dan kelihatan sangat hidup dengan warna hijau lumut yang mendominasi. Sedikit di campur warna hitam dan gold.

Aya melangkah. Menggapai gerbang tinggi di depannya. Sekali lagi ia menghela napas. Dadanya meneriakkan sesak.

Bagaimana mungkin ia bisa satu rumah dengan orang yang bahkan tak pernah mendapat maaf darinya. Seseorang yang telah menghancurkan keluarganya hingga berantakan.

The Crown || Lee Jeno [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang